Selasa, 01 Juli 2014

TELAAH BUKU GURU DAN BUKU SISWA

TELAAH BUKU GURU DAN BUKU SISWA

A. PENDAHULUAN
Upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan mutu proses pembelajaran (di ruang kelas, di laboratorium, di lapangan, dan sebagainya) merupakan inovasi pendidikan yang harus terus dilakukan. Salah satu inovasi adalah mengubah paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang terpusat pada guru kepada pembelajaran yang terpusat pada siswa. Pendekatan pembelajaran yang berbasis mengajar diubah ke dalam bentuk pembelajaran berbasis belajar. Ciri utama pembelajaran berbasis belajar adalah terbangunnya kemandirian siswa untuk membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri dari berbagai variasi informasi melalui suatu interaksi dalam proses pembelajaran.
Selain guru yang harus membantu siswa untuk membangun pengetahuannya, diperlukan sarana belajar yang efektif. Salah satu sarana yang paling penting adalah  penyediaan buku pelajaran sebagai rujukan yang baik dan benar bagi siswa. Penyertaan buku ini sangat penting karena buku teks pelajaran merupakan salah satu sarana yang signifikan dalam menunjang proses kegiatan pembelajaran. Buku teks pelajaran yang dimaksud adalah buku yang menjadi pegangan siswa, baik siswa pada jenjang Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Luar Biasa, maupun Perguruan Tinggi.
Buku teks pelajaran yang ada di lapangan, ditinjau dari jumlah, jenis, maupun kualitasnya sangat bervariasi. Sementara itu, buku teks pelajaran, pada umumnya, menjadi rujukan utama dalam proses pembelajaran. Guru di lapangan seringkali tidak merujuk pada kurikulum dalam perencanaan dan implementasi pembelajarannya, tetapi merujuk pada buku teks pelajaran yang digunakan. Dengan demikian, buku teks pelajaran haruslah disusun sebaik dan sebenar mungkin, terutama dalam kaitannya dengan konsep dan aplikasi konsep, agar tidak menjadi sumber pembodohan, melainkan menjadi sumber pencerdasan anak didik.
Selain buku teks pelajaran, ada juga buku guru, yaitu buku pendukung pembelajaran yang menjadi pegangan guru. Di dalamnya memuat materi dan skenario pembelajaran yang menjadi panduan bagi guru dalam menjalankan langkah-langkah pembelajaran. Disebutkan pula bahwa buku siswa maupun buku guru merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman.
B. PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN BUKU TEKS PELAJARAN
Dalam berbagai literatur asing, buku pelajaran diistilahkan dengan textbook (selanjutnya istilah yang digunakan adalah buku pelajaran). Buku pelajaran menurut beberapa ahli adalah media pembelajaran (instruksional) yang dominan peranannya di kelas; media penyampaian materi kurikulum; dan bagian sentral dalam suatu sistem pendidikan (Patrick, 1988; Lockeed dan Verspoor, 1990; Altbach, dkk., 1991;  Buckingham dalam Harris, ed., 1980; dan Rusyana, 1984). Secara lebih spesifik, Chambliss dan Calfee (1998) menjelaskan bahwa buku pelajaran adalah alat bantu siswa memahami dan belajar dari hal-hal yang dibaca. Buku pelajaran juga merupakan alat bantu memahami dunia (di luar dirinya). Buku pelajaran memiliki kekuatan yang luar biasa besar terhadap perubahan otak. Buku pelajaran dapat mengubah otak siswa. Kekuatan buku pelajaran yang mempengaruhi pengetahuan anak dan nilai adalah suatu asumsi agar buku pelajaran harus disusun secara bermutu.
Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 dijelaskan bahwa buku (teks) pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa buku pelajaran adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional), berkaitan dengan bidang studi tertentu. Buku pelajaran merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, biasa dilengkapi sarana pembelajaran (seperti pita rekaman), dan digunakan sebagai penunjang program pembelajaran.
Kedudukan buku teks pelajaran sangatlah penting, baik bagi siswa maupun guru. Karena tingkat kepentingan itulah buku teks pelajaran haruslah layak untuk dijadikan tempat beroleh pengalaman.
Buku teks pelajaran dapat dipandang sebagai simpanan pengetahuan tentang berbagai segi kehidupan (Pusat Perbukuan, 2005). Karena sudah dipersiapkan dari segi kelengkapan dan penyajiannya, buku teks pelajaran itu memberikan fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri, baik tentang substansinya maupun tentang caranya. Dengan demikian, penggunaan buku teks pelajaran oleh siswa merupakan bagian dari budaya buku, yang menjadi salah satu tanda dari masyarakat yang maju.
            Melalui kegiatan membaca buku, seseorang dapat memperoleh pengalaman tak langsung yang banyak sekali (Suryaman dan Utorodewo, 2006). Memang, dalam pendidikan merupakan hal yang berharga jika siswa dapat mengalami sesuatu secara langsung. Akan tetapi, banyak bagian dalam pelajaran yang tidak dapat diperoleh dengan pengalaman langsung. Karena itu, dalam belajar di sekolah, dan sesungguhnya juga, dalam kehidupan di luar sekolah, mendapatkan pengalaman tidak langsung itu sangat penting. Menurut Rusyana dan Suryaman (2004) kemajuan peradaban masa sekarang banyak mendapat dukungan dari kegiatan membaca buku. Karena itulah, penyiapan buku teks pelajaran patut dilakukan dengan sebaik-baiknya.
            Dipandang dari hasil belajar, buku teks pelajaran itu mempunyai peran penting. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa buku pelajaran berperan secara maknawi dalam prestasi belajar siswa. Dalam Laporan World Bank (1995) mengenai Indonesia ditunjukkan bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku dan fasilitas lain berkorelasi dengan prestasi belajar siswa. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Supriadi (1997) yang menyatakan bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku berkorelasi positif dan bermakna dengan prestasi belajar. Di Filipina, peningkatan rasio kepemilikan buku siswa dari 1 : 10 menjadi 1 : 2 di kelas 1 dan 2 secara signifikan meningkatkan hasil belajar siswa (World Bank, 1995).
Dipandang dari proses pembelajaran pun demikian. Jika tujuan pembelajaran adalah untuk menjadikan siswa memiliki berbagai kompetensi, untuk mencapai tujuan tersebut, siswa perlu menempuh pengalaman dan latihan serta mencari informasi. Alat yang efektif untuk itu adalah buku teks pelajaran sebab pengalaman dan latihan yang perlu ditempuh dan informasi yang perlu dicari, begitu pula tentang cara menempuh dan mencarinya, disajikan dalam buku teks pelajaran secara terprogram.
C. CIRI BUKU TEKS PELAJARAN YANG BAIK
Walaupun buku teks pelajaran diperuntukkan bagi siswa, guru pun terbantu. Pada waktu mengajar guru dapat mempertimbangkan pula apa yang tersaji dalam buku teks pelajaran. Guru memiliki kebebasan dalam memilih, mengembangkan, dan menyajikan materi. Semua itu merupakan wewenang dan  kewajiban profesionalnya.
Manfaat yang begitu besar tersebut tidaklah akan diperoleh manakala buku teks pelajaran yang disusun tidak layak. Artinya, buku itu tidak mencerminkan manfaat-manfaat yang digambarkan tadi. Oleh karena itu, para penulis buku pelajaran harus merancang buku secara serius dengan memperhatikan implikasi paparan manfaat di atas berikut ini (Greene dan Petty, 1971).
Pertama, buku pelajaran haruslah memiliki landasan sudut pandang yang jelas dan mutakhir. Buku teks pelajaran yang baik adalah buku yang memiliki suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai suatu pengajaran dan buku yang memeragakan sesuatu bahan pengajaran secara aplikatif.
Kedua, buku pelajaran haruslah berisi materi yang memadai. Buku pelajaran yang baik adalah buku pelajaran yang menyajikan materi yang kaya, bervariasi, mudah dibaca, serta sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dampak dari buku yang demikian adalah menjadi sumber pemecahan masalah akademis, memicu siswa untuk membaca, menyenangkan, menstimulasi kreativitas anak, dan sebagainya.
Ketiga, buku teks pelajaran haruslah berisi materi yang disusun secara sistematis dan bertahap. Sistematis dalam arti materi disajikan dengan memperhatikan kemudahan pemahaman siswa dalam hal penjelasan, penggambaran, dan pengorganisasian disusun secara sistematis; pengungkapan dilakukan secara lugas (tidak berbelit-belit); istilah diberi penjelasan dan atau contoh; penggunaan kata dan istilah dalam bahasa asing dan atau bahasa daerah yang tidak relevan dihindari; penyajian mendorong keaktifan siswa untuk berpikir dan belajar dengan cara bervariasi (misalnya: ilustrasi, kuis, dan lain-lain); menantang siswa untuk mencari sumber-sumber belajar lain; diikuti dengan sumber rujukan yang lengkap. Bahan kajian yang berkaitan dihubungkan satu sama lain secara terpadu, baik intrapelajaran maupun  interpelajaran. Penempatan pelajaran dalam keseluruhan buku dilakukan secara tepat. Bertahap dalam arti materi yang disajikan diperhatikan dari segi urutan, seperti dari mudah ke sulit, dari sederhana ke rumit, dari umum ke khusus atau dari khusus ke umum, dari bagian ke keseluruhan, dan sebagainya.
Keempat, buku teks pelajaran haruslah berisi materi yang disajikan dengan metode dan sarana yang mampu menstimulasi siswa untuk tertarik membaca buku. Misalnya, disajikan gambar yang mampu merangsang siswa untuk menemukan jawaban dari suatu latihan, memperkonkrit pengalaman belajar siswa, dan memungkinkan siswa untuk membuktikannya di lingkungan sekitar atau melalui penelitian sederhana.
Kelima, buku pelajaran haruslah berisi materi yang mendalam sehingga memungkinkan siswa terbantu di dalam memecahkan masalah-masalah akademis yang dihadapinya. Misalnya, pada saat siswa mengerjakan tugas atau latihan, kedalaman pengerjaan atau pemecahan masalah terakomodasi oleh buku, baik disebabkan buku itu memuat hal yang diperlukan siswa atau adanya petunjuk untuk mendapatkan rujukan-rujukan yang memungkinkan masalah itu terpecahkan.
Keenam, buku pelajaran haruslah berisi alat evaluasi yang memungkinkan siswa mampu mengetahui kompetensi yang telah dicapainya. Tingkat pencapaian kompetensi dapat dijadikan umpan balik bagi siswa apakah siswa harus memperdalam lagi bahan tersebut atau melanjutkan kepada bahan berikutnya yang lebih tinggi.
Ketujuh, buku pelajaran haruslah berisi bahan yang memungkinkan siswa memiliki kesempatan untuk menggelitik mata hatinya atas hal yang telah dipelajarinya. Manfaat apa yang diperoleh siswa setelah membaca bahan dan berlatih atas bahan itu, merupakan pertanyaan yang sebaiknya muncul pada diri siswa. Dengan kata lain, alat ini dapat dijadikan bahan refleksi siswa atas segala masalah akademis yang selama ini dipelajarinya.
D. BUKU GURU
Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang sudah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah.
Sesuai dengan pendekatan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013, peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
Oleh karena itu, guru sebagai pengendali utama di dalam proses belajar mengajar di kelas perlu mencermati terlebih dahulu terhadap buku siswa maupun buku pegangan guru yang sudah disediakan pemerintah. Hal ini diperlukan mengingat buku yang disediakan oleh pemerintah ditujukan untuk keperluan skala nasional. Artinya, buku tersebut dibuat secara umum untuk kondisi siswa di Indonesia, tentunya belum mengakomodasi kebutuhan khusus pada masing-masing sekolah yang ada kemungkinan mempunyai karakteristik masing-masing. Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkahlangkah tindak lanjut mengatasinya lebih awal.
E. ANALISIS BUKU GURU DAN BUKU SISWA
Sebelum buku siswa digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas, guru sebaiknya sudah membaca dan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Sehingga jika di dalam buku tersebut ditemukan adanya kekeliruan atau ketidaktepatan, guru dapat mengatasinya dengan melakukan langkah-langkah tindak lanjut yang diperlukan. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa pentingnya melakukan analisis buku siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis buku adalah sebagai berikut:
a. Kesesuaian isi buku dengan SKL, KI, dan KD
Buku yang hendak digunakan di kelas hendaknya sudah dicek kesesuaiannya dengan kurikulum yang digunakan. Apakah sudah sesuai dengan standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, dan kompetensi dasar yang sudah ditentukan. Jika masih ditemukan adanya ketidaksesuaian, guru dapat menindaklanjutinya lebih awal.
b. Kecukupan materi
Materi yang terdapat dalam buku siswa perlu dianalisis dari segi kecukupan materi yang ditinjau dari segi cakupan konsep atau materi esensial dan alokasi waktu yang dibutuhkan/disediakan.
c. Kedalaman materi
Dalam melakukan analisis terhadap kedalaman materi, materi yang tertuang dalam buku siswa perlu ditinjau dari pola pikir keilmuan dan karakteristik siswa. Jika ada yang dianggap kurang sesuai dengan karakteristik siswa di sekolahnya, diharapkan guru dapat menindaklanjuti dengan memberikan tambahan-tambahan penjelasan seperlunya.
d. Kebenaran materi
Analisis buku juga sekaligus melihat kebenaran akan materi, contoh, maupun latihan-latihan yang dituliskan. Jika ditemukan adanya materi/contoh/soal yang dituliskan dalam buku terjadi kesalahan, baik kemungkinan salah dalam penulisan konsep maupun salah ketik, maka guru diharapkan sesegera mungkin untuk menindaklanjutinya. Tidak lanjut dapat berupa ralat perbaikan yang segera disampaikan kepada siswa agar tidak berdampak lebih lanjut kepada siswa (membuat siswa bingung/ragu).
e. Kesesuaian pendekatan yang digunakan
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific, oleh karena itu buku siswa perlu ditinjau dari segi penerapan pendekatan scientific. Apakah penyajiannya sudah memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang diharapkan dalam pendekatan scientific atau belum.
f. Kesesuaian penilaian
Bentuk penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Oleh karena itu, buku siswa yang akan digunakan perlu ditinjau dari ketersediaan penilaian autentik yang terdapat dalam buku siswa tersebut.
Format analisis buku siswa
Judul buku                : ......................................................................................
Kelas                           :  .....................................................................................
Jenjang                       : ......................................................................................
Tema/Topik               : ......................................................................................
NO.
ASPEK YANG DIANALISIS
HASIL ANALISIS
TINDAK LANJUT HASIL ANALISIS
TIDAK SESUAI
SESUAI
SEBAGIAN
SESUAI
1.
Kesesuaian dengan SKL
 
 
 
 
2.
Kesesuaian dengan KI
 
 
 
 
3.
Kesesuaian dengan KD
 
 
 
 
4.
Kecukupan materi ditinjau dari:
  1. cakupan  konsep/materi esensial
  2. alokasi waktu.
 
 
 
 
5.
Kedalaman materi pengayaan ditinjau dari:
  1. Pola pikir keilmuan
  2. Karakteristik siswa
 
 
 
 
6.
Penerapan Pendekatan Scientific
 
 
 
 
7.
Penilaian Autentik yang tersedia dalam buku siswa
 
 
 
 
PERINGKAT
NILAI
KRITERIA
Amat Baik ( AB)
 90 < A 100
Hasil analisis tepat, tindak lanjut logis dan bisa dilaksanakan
Baik  (B)
75 <  B < 90
Hasil analisis tepat, tindak lanjut kurang logis
Cukup (C)
 60 < C  <  75
Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut logis
Kurang (K)
<  60
Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut tidak logis
F. KESIMPULAN
Buku siswa yang disediakan oleh pemerintah dalam kurikulum 2013 ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sedangkan dalam proses belajar, peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya.
Oleh karena itu peran guru menjadi sangat penting dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku tersebut. Guru diharapkan dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam daerah masing-masing.
Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat ketidaksesuaian atau ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasinya lebih awal. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis buku siswa adalah: (1) kesesuaian isi buku dengan SKL, KI, dan KD; (2) kecukupan materi; (3) kedalaman materi; (4) kebenaran materi; (5) kesesuaian dengan pendekatan yang disarankan; dan (6) kesesuaian dengan penilaian yang digunakan.
Sumber:
1)Pusat Perbukuan. (2005). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
2) Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Kurikulum dalam Konteks Standar Nasional Pendidikan
4) MENULIS BUKU AJAR: HAKIKAT DAN FUNGSI BUKU TEKS masnur-muslich.blogspot.com
5) analisis buku guru dan siswa mapel rev www.slideshare.net

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Telusuri