TELAAH BUKU GURU DAN BUKU SISWA
A. PENDAHULUAN
Upaya-upaya
peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan mutu proses pembelajaran (di
ruang kelas, di laboratorium, di lapangan, dan sebagainya) merupakan inovasi
pendidikan yang harus terus dilakukan. Salah satu inovasi adalah
mengubah paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang terpusat pada guru
kepada pembelajaran yang terpusat pada siswa. Pendekatan pembelajaran yang
berbasis mengajar diubah ke dalam bentuk pembelajaran berbasis belajar. Ciri
utama pembelajaran berbasis belajar adalah terbangunnya kemandirian siswa untuk
membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri dari berbagai variasi informasi
melalui suatu interaksi dalam proses pembelajaran.
Selain guru yang harus membantu siswa untuk membangun
pengetahuannya, diperlukan sarana belajar yang efektif. Salah satu sarana yang
paling penting adalah penyediaan buku
pelajaran sebagai rujukan yang baik dan benar bagi siswa. Penyertaan buku ini
sangat penting karena buku teks pelajaran merupakan salah satu sarana yang
signifikan dalam menunjang proses kegiatan pembelajaran. Buku teks pelajaran
yang dimaksud adalah buku yang menjadi pegangan siswa, baik siswa pada jenjang
Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah
Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Luar Biasa, maupun Perguruan Tinggi.
Buku teks pelajaran yang ada di lapangan, ditinjau dari
jumlah, jenis, maupun kualitasnya sangat bervariasi. Sementara itu, buku teks
pelajaran, pada umumnya, menjadi rujukan utama dalam proses pembelajaran. Guru
di lapangan seringkali tidak merujuk pada kurikulum dalam perencanaan dan
implementasi pembelajarannya, tetapi merujuk pada buku teks pelajaran yang
digunakan. Dengan demikian, buku teks pelajaran haruslah disusun sebaik dan
sebenar mungkin, terutama dalam kaitannya dengan konsep dan aplikasi konsep,
agar tidak menjadi sumber pembodohan,
melainkan menjadi sumber pencerdasan
anak didik.
Selain buku teks pelajaran, ada juga buku guru, yaitu buku
pendukung pembelajaran yang menjadi pegangan guru. Di dalamnya memuat materi
dan skenario pembelajaran yang menjadi panduan bagi guru dalam menjalankan
langkah-langkah pembelajaran. Disebutkan pula bahwa buku siswa maupun buku guru
merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan
sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman.
B. PENGERTIAN
DAN KEDUDUKAN BUKU TEKS PELAJARAN
Dalam
berbagai literatur asing, buku pelajaran diistilahkan dengan textbook (selanjutnya istilah yang
digunakan adalah buku pelajaran). Buku pelajaran menurut beberapa ahli adalah
media pembelajaran (instruksional) yang dominan peranannya di kelas; media
penyampaian materi kurikulum; dan bagian sentral dalam suatu sistem pendidikan
(Patrick, 1988; Lockeed dan Verspoor, 1990; Altbach, dkk., 1991; Buckingham dalam Harris, ed., 1980; dan
Rusyana, 1984). Secara lebih spesifik, Chambliss dan Calfee (1998) menjelaskan
bahwa buku pelajaran adalah alat bantu siswa memahami dan belajar dari hal-hal
yang dibaca. Buku pelajaran juga merupakan alat bantu memahami dunia (di luar
dirinya). Buku pelajaran memiliki kekuatan yang luar biasa besar terhadap
perubahan otak. Buku pelajaran dapat mengubah otak siswa. Kekuatan buku
pelajaran yang mempengaruhi pengetahuan anak dan nilai adalah suatu asumsi agar
buku pelajaran harus disusun secara bermutu.
Di dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 dijelaskan bahwa buku
(teks) pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat
materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi
pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun
berdasarkan standar nasional pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa buku pelajaran adalah buku yang dijadikan pegangan
siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional),
berkaitan dengan bidang studi tertentu. Buku pelajaran merupakan buku standar
yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, biasa dilengkapi sarana pembelajaran
(seperti pita rekaman), dan digunakan sebagai penunjang program pembelajaran.
Kedudukan buku teks
pelajaran sangatlah penting, baik bagi siswa maupun guru. Karena tingkat
kepentingan itulah buku teks pelajaran haruslah layak untuk dijadikan tempat beroleh
pengalaman.
Buku teks pelajaran dapat dipandang sebagai simpanan
pengetahuan tentang berbagai segi kehidupan (Pusat Perbukuan, 2005). Karena
sudah dipersiapkan dari segi kelengkapan dan penyajiannya, buku teks pelajaran
itu memberikan fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri, baik tentang
substansinya maupun tentang caranya. Dengan demikian, penggunaan buku teks
pelajaran oleh siswa merupakan bagian dari budaya buku, yang menjadi salah satu
tanda dari masyarakat yang maju.
Melalui
kegiatan membaca buku, seseorang dapat memperoleh pengalaman tak langsung yang
banyak sekali (Suryaman dan Utorodewo, 2006). Memang, dalam pendidikan
merupakan hal yang berharga jika siswa dapat mengalami sesuatu secara langsung.
Akan tetapi, banyak bagian dalam pelajaran yang tidak dapat diperoleh dengan
pengalaman langsung. Karena itu, dalam belajar di sekolah, dan sesungguhnya
juga, dalam kehidupan di luar sekolah, mendapatkan pengalaman tidak langsung
itu sangat penting. Menurut Rusyana dan Suryaman (2004) kemajuan peradaban masa
sekarang banyak mendapat dukungan dari kegiatan membaca buku. Karena itulah,
penyiapan buku teks pelajaran patut dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Dipandang
dari hasil belajar, buku teks pelajaran itu mempunyai peran penting. Berbagai
hasil penelitian menunjukkan bahwa buku pelajaran berperan secara maknawi dalam
prestasi belajar siswa. Dalam Laporan World Bank (1995) mengenai Indonesia
ditunjukkan bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku dan fasilitas lain
berkorelasi dengan prestasi belajar siswa. Pernyataan tersebut diperkuat oleh
Supriadi (1997) yang menyatakan bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku
berkorelasi positif dan bermakna dengan prestasi belajar. Di Filipina,
peningkatan rasio kepemilikan buku siswa dari 1 : 10 menjadi 1 : 2 di kelas 1
dan 2 secara signifikan meningkatkan hasil belajar siswa (World Bank, 1995).
Dipandang dari proses pembelajaran pun
demikian. Jika tujuan pembelajaran adalah untuk menjadikan siswa memiliki
berbagai kompetensi, untuk mencapai tujuan tersebut, siswa perlu menempuh
pengalaman dan latihan serta mencari informasi. Alat yang efektif untuk itu
adalah buku teks pelajaran sebab pengalaman dan latihan yang perlu ditempuh dan
informasi yang perlu dicari, begitu pula tentang cara menempuh dan mencarinya,
disajikan dalam buku teks pelajaran secara terprogram.
C. CIRI BUKU TEKS PELAJARAN YANG BAIK
Walaupun buku teks pelajaran diperuntukkan
bagi siswa, guru pun terbantu. Pada waktu mengajar guru dapat mempertimbangkan
pula apa yang tersaji dalam buku teks pelajaran. Guru memiliki kebebasan dalam
memilih, mengembangkan, dan menyajikan materi. Semua itu merupakan wewenang
dan kewajiban profesionalnya.
Manfaat yang
begitu besar tersebut tidaklah akan diperoleh manakala buku teks pelajaran yang
disusun tidak layak. Artinya, buku itu tidak mencerminkan manfaat-manfaat yang
digambarkan tadi. Oleh karena itu, para penulis buku pelajaran harus merancang
buku secara serius dengan memperhatikan implikasi paparan manfaat di atas
berikut ini (Greene dan Petty, 1971).
Pertama,
buku pelajaran haruslah memiliki landasan sudut pandang yang jelas dan
mutakhir. Buku teks pelajaran yang baik adalah buku yang memiliki suatu sudut
pandang yang tangguh dan modern mengenai suatu pengajaran dan buku yang
memeragakan sesuatu bahan pengajaran secara aplikatif.
Kedua,
buku pelajaran haruslah berisi materi yang memadai. Buku pelajaran yang baik
adalah buku pelajaran yang menyajikan materi yang kaya, bervariasi, mudah
dibaca, serta sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dampak dari buku yang
demikian adalah menjadi sumber pemecahan masalah akademis, memicu siswa untuk
membaca, menyenangkan, menstimulasi kreativitas anak, dan sebagainya.
Ketiga, buku
teks pelajaran haruslah berisi materi yang disusun secara sistematis dan
bertahap. Sistematis dalam arti
materi disajikan dengan memperhatikan kemudahan pemahaman siswa dalam hal
penjelasan, penggambaran, dan pengorganisasian disusun secara sistematis;
pengungkapan dilakukan secara lugas (tidak berbelit-belit); istilah diberi
penjelasan dan atau contoh; penggunaan kata dan istilah dalam bahasa asing dan
atau bahasa daerah yang tidak relevan dihindari; penyajian mendorong keaktifan
siswa untuk berpikir dan belajar dengan cara bervariasi (misalnya: ilustrasi,
kuis, dan lain-lain); menantang siswa untuk mencari sumber-sumber belajar lain;
diikuti dengan sumber rujukan yang lengkap. Bahan kajian yang berkaitan
dihubungkan satu sama lain secara terpadu, baik intrapelajaran maupun interpelajaran. Penempatan pelajaran dalam
keseluruhan buku dilakukan secara tepat. Bertahap
dalam arti materi yang disajikan diperhatikan dari segi urutan, seperti dari
mudah ke sulit, dari sederhana ke rumit, dari umum ke khusus atau dari khusus
ke umum, dari bagian ke keseluruhan, dan sebagainya.
Keempat, buku
teks pelajaran haruslah berisi materi yang disajikan dengan metode dan sarana
yang mampu menstimulasi siswa untuk tertarik membaca buku. Misalnya, disajikan
gambar yang mampu merangsang siswa untuk menemukan jawaban dari suatu latihan,
memperkonkrit pengalaman belajar siswa, dan memungkinkan siswa untuk
membuktikannya di lingkungan sekitar atau melalui penelitian sederhana.
Kelima, buku
pelajaran haruslah berisi materi yang mendalam sehingga memungkinkan siswa
terbantu di dalam memecahkan masalah-masalah akademis yang dihadapinya.
Misalnya, pada saat siswa mengerjakan tugas atau latihan, kedalaman pengerjaan
atau pemecahan masalah terakomodasi oleh buku, baik disebabkan buku itu memuat
hal yang diperlukan siswa atau adanya petunjuk untuk mendapatkan
rujukan-rujukan yang memungkinkan masalah itu terpecahkan.
Keenam, buku
pelajaran haruslah berisi alat evaluasi yang memungkinkan siswa mampu
mengetahui kompetensi yang telah dicapainya. Tingkat pencapaian kompetensi
dapat dijadikan umpan balik bagi siswa apakah siswa harus memperdalam lagi
bahan tersebut atau melanjutkan kepada bahan berikutnya yang lebih tinggi.
Ketujuh, buku
pelajaran haruslah berisi bahan yang memungkinkan siswa memiliki kesempatan
untuk menggelitik mata hatinya atas hal yang telah dipelajarinya. Manfaat apa
yang diperoleh siswa setelah membaca bahan dan berlatih atas bahan itu,
merupakan pertanyaan yang sebaiknya muncul pada diri siswa. Dengan kata lain,
alat ini dapat dijadikan bahan refleksi siswa atas segala masalah akademis yang
selama ini dipelajarinya.
D. BUKU GURU
Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum
sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang sudah disediakan oleh pemerintah
pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah.
Sesuai dengan pendekatan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013,
peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan
terbentang luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan
menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku
ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain
yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
Oleh karena itu, guru sebagai pengendali utama di dalam proses
belajar mengajar di kelas perlu mencermati terlebih dahulu terhadap buku siswa
maupun buku pegangan guru yang sudah disediakan pemerintah. Hal ini diperlukan
mengingat buku yang disediakan oleh pemerintah ditujukan untuk keperluan skala
nasional. Artinya, buku tersebut dibuat secara umum untuk kondisi siswa di
Indonesia, tentunya belum mengakomodasi kebutuhan khusus pada masing-masing
sekolah yang ada kemungkinan mempunyai karakteristik masing-masing. Dengan
demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca
dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini
dimaksudkan agar jika terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan yang ada dalam
buku tersebut, dapat dilakukan langkahlangkah tindak lanjut mengatasinya lebih
awal.
E. ANALISIS BUKU GURU DAN BUKU SISWA
Sebelum buku siswa digunakan dalam proses belajar mengajar di
kelas, guru sebaiknya sudah membaca dan melakukan analisis buku terlebih
dahulu. Sehingga jika di dalam buku tersebut ditemukan adanya kekeliruan atau
ketidaktepatan, guru dapat mengatasinya dengan melakukan langkah-langkah tindak
lanjut yang diperlukan. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa pentingnya
melakukan analisis buku siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan analisis buku adalah sebagai berikut:
a. Kesesuaian isi buku dengan SKL, KI, dan KD
Buku yang hendak digunakan di kelas hendaknya sudah dicek
kesesuaiannya dengan kurikulum yang digunakan. Apakah sudah sesuai dengan
standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, dan kompetensi dasar yang sudah
ditentukan. Jika masih ditemukan adanya ketidaksesuaian, guru dapat
menindaklanjutinya lebih awal.
b. Kecukupan materi
Materi yang terdapat dalam buku siswa perlu dianalisis dari segi
kecukupan materi yang ditinjau dari segi cakupan konsep atau materi esensial
dan alokasi waktu yang dibutuhkan/disediakan.
c. Kedalaman materi
Dalam melakukan analisis terhadap kedalaman materi, materi yang
tertuang dalam buku siswa perlu ditinjau dari pola pikir keilmuan dan
karakteristik siswa. Jika ada yang dianggap kurang sesuai dengan karakteristik
siswa di sekolahnya, diharapkan guru dapat menindaklanjuti dengan memberikan
tambahan-tambahan penjelasan seperlunya.
d. Kebenaran materi
Analisis buku juga sekaligus melihat kebenaran akan materi, contoh,
maupun latihan-latihan yang dituliskan. Jika ditemukan adanya
materi/contoh/soal yang dituliskan dalam buku terjadi kesalahan, baik
kemungkinan salah dalam penulisan konsep maupun salah ketik, maka guru
diharapkan sesegera mungkin untuk menindaklanjutinya. Tidak lanjut dapat berupa
ralat perbaikan yang segera disampaikan kepada siswa agar tidak berdampak lebih
lanjut kepada siswa (membuat siswa bingung/ragu).
e. Kesesuaian pendekatan yang digunakan
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific, oleh karena itu
buku siswa perlu ditinjau dari segi penerapan pendekatan scientific. Apakah
penyajiannya sudah memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan
seperti yang diharapkan dalam pendekatan scientific atau belum.
f. Kesesuaian penilaian
Bentuk penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 menggunakan
penilaian autentik. Oleh karena itu, buku siswa yang akan digunakan perlu
ditinjau dari ketersediaan penilaian autentik yang terdapat dalam buku siswa
tersebut.
Format analisis buku siswa
Judul buku :
......................................................................................
Kelas :
.....................................................................................
Jenjang :
......................................................................................
Tema/Topik :
......................................................................................
NO.
|
ASPEK YANG DIANALISIS
|
HASIL ANALISIS
|
TINDAK LANJUT HASIL ANALISIS
|
||
TIDAK SESUAI
|
SESUAI
SEBAGIAN
|
SESUAI
|
|||
1.
|
Kesesuaian
dengan SKL
|
|
|
|
|
2.
|
Kesesuaian
dengan KI
|
|
|
|
|
3.
|
Kesesuaian
dengan KD
|
|
|
|
|
4.
|
Kecukupan
materi ditinjau dari:
|
|
|
|
|
5.
|
Kedalaman
materi pengayaan ditinjau dari:
|
|
|
|
|
6.
|
Penerapan Pendekatan Scientific
|
|
|
|
|
7.
|
Penilaian Autentik yang tersedia dalam buku siswa
|
|
|
|
|
PERINGKAT
|
NILAI
|
KRITERIA
|
Amat Baik ( AB)
|
90 < A ≤
100
|
Hasil analisis tepat, tindak lanjut logis dan bisa dilaksanakan
|
Baik (B)
|
75 < B < 90
|
Hasil analisis tepat, tindak lanjut kurang logis
|
Cukup (C)
|
60 < C < 75
|
Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut logis
|
Kurang (K)
|
< 60
|
Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut tidak logis
|
F.
KESIMPULAN
Buku siswa yang disediakan oleh pemerintah dalam kurikulum 2013 ini
menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan. Sedangkan dalam proses belajar, peserta didik dipacu untuk mencari
dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya.
Oleh karena itu peran guru menjadi sangat penting dalam
meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian
kegiatan pada buku tersebut. Guru diharapkan dapat memperkayanya dengan kreasi
dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari
lingkungan sosial dan alam daerah masing-masing.
Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru
diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih
dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat ketidaksesuaian atau
ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah
tindak lanjut untuk mengatasinya lebih awal. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam melakukan analisis buku siswa adalah: (1) kesesuaian isi
buku dengan SKL, KI, dan KD; (2) kecukupan materi; (3) kedalaman materi; (4) kebenaran
materi; (5) kesesuaian dengan pendekatan yang disarankan; dan (6) kesesuaian dengan
penilaian yang digunakan.
Sumber:
1)Pusat Perbukuan. (2005). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
2) Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). (2006). Kurikulum
dalam Konteks Standar Nasional Pendidikan
4) MENULIS BUKU AJAR: HAKIKAT DAN FUNGSI BUKU TEKS
masnur-muslich.blogspot.com
5) analisis buku guru dan siswa mapel rev www.slideshare.net
0 komentar:
Posting Komentar