Sabtu, 24 November 2012

Penyusunan Tes


A.      BENTUK-BENTUK PENYUSUNAN TES HASIL BELAJAR 

Setiap kali guru akan memberikan tes, kebanyakan guru selalu bertanya kepada dirinyasendiri:
“ Pertanyaan apakah yang akan saya berikan”
“ Jawaban apakah yang saya perlukan, dan jawaban manakah yang tidak saya perlukan”
“Berapa soal yang akan saya buat”
“Bagaimanakkah bentuk kunci jawabannya”
Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang timbul, maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut,guru harus ingat akan fungsi tes. Sehubungan dengan hal-hal yang harus diingat pada waktu pentusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dar tiga hal:
1.       Fungsi untuk kelas
2.       Fungsi untuk bimbingan
3.       Fungsi untuk administrasi.
Masalah penyusunan tes perlu diingat fungsi mana yang dipentingkan oleh si anak didik dan sebuah tes sebaiknya mencakup kebulatan, yang artinya meliputi berbagai aspek yang menggambarkan keadaan siswa secara keseluruhan ( kecerdasan, sikap, pribadi, perasaan, sosial dan sebagainya)
Penyusunan Tes Tertulis
Sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soal-soal, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes belajar bentuk uraian (tes subjektif), dan tes hasil belajar bentuk obyektif.

Menurut Anas Sudijono ada 4 yaitu:
û  Valid

Apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
û  Reliabel
Apabila hasil-hasil pengukuran yang digunakan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap obyek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama.
û  Obyektif
Ditinjau dari isi atau materi tesnya, tes bersumber dari materi  pelajaran yang telah diberikan sesuai kompetensinya. Ditinjau dari segi nilai hasil tesnya, maka pemberian skor dan penentuan nilainya terhindar dari unsur-unsur subyektivitas.
û  Praktis
Mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar dilakukan dengan mudah, karena ada dua alasan:
1. Bersifat sederhana
2. Lengkap

1.  TES URAIAN
Pada umumnya  berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.

Petunjuk penyusunan tes uraian adalah: 
  1. Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
  2. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
  3. Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
  4. Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
  5. Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa.
  6. Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. 
Tujuan Tes Subyektif
Tes uraian digunakan sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, digunakan apabila pembuat soal (guru) ingin mengetahui daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang sudah dijelaskan sebelumnya, dan mengetahui kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya.
Keunggulan Tes Subyektif
1.      Dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
2.      Mencegah kemungkinan timbulnya permainan spekulasi dikalangan siswa.
3.      Penyusun soal dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan tingkat penguasaan siswa dalam memahami materi.
4.      Siswa akan terdorong dan terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat menggunakan susunan kalimat dan gaya bahasanya sendiri.
Kelemahan Tes Subyektif
1.      Kurang dapat mencakup dan mewakili isi dan luasnya materi yang telah diberikan kepada siswa.
2.      Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit.
3.      Dalam pemberian skor hasil tes uraian, penyusun lebih cenderung bersifat subyektif.
4.      Pekerjaan koreksi tidak mudah diserahkan kepada orang lain.
5.      Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya reliabilitas umumnya rendah sehingga kurang dapat dijadikan sebagai alat pengukur hasil.
Kaidah Penulisan Tes Subyektif
1.      Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, harus dapat diusahakan agar butir-butir soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan.
2.      Diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat dalam materi untuk mencegah perbuatan mencontek.
3.      Setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya segera disusun dan dirumuskan secara tegas, seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh siswa sebagai jawaban yang betul.
4.      Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar pertanyaan atau perintahnya jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.
5.      Kalimat soal disusun secara ringkas, padat dan jelas.
6.      Hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh penyusun adalah pedoman tentang cara mengerjakan atau menjawab butir-butir soal tersebut.
Contoh Soal Uraian
Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan benar dan jelas!
  1. Apakah yang dimaksud dengan Microsoft Access
  2. Jelaskan menurut anda pengertian dari Database
  3. Jelaskan perbedaan antara primary key dan foreign key
  4. Jelaskan pengertian dari : a)Table b)Query c)Form d)Report
  5. Jelaskan pengertian dari LAN, MAN, WAN & Internet dalam jaringan komputer!
2. TES OBJEKTIF 
Tes obyektif (objective test) adalah jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh siswa dengan memilih salah satu (atau lebih) di antara beberapa jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items.
Penggolongan Tes Obyektif

1.       Tes benar-salah (true-false)
Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang benar dan ada yang salah.
Petunjuk penyusunan tes benar-salah adalah
a)      Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
b)      Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
c)      Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
d)     B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
e)      Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
f)       Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan sebagainya. 

2.      Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memllilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Testee diminta membenarkan atau menyalahkan setiap item dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah). 

3.      Menjodohkan  (Matching test)
Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam seri jawaban.
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:
a.       Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu.
b.      Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya (kurang lebih 1 ½  kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih menggunakan pikirannya.
c.       Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen. 

4.      Tes isian (complection test)
Complection test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. complection test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
Saran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a)      Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencenakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
b)      Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan.
c)      Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d)     Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e)      Jangan mulai dengan tempat kosong.

Tujuan Tes Obyektif 
1)      Koreksi yang cepat dengan jumlah siswa yang banyak.
2)      Penyusun akan memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang luas dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif.
3)      Penyusun memiliki cuku waktu dalam mempersiapkan penyusunan butir-butir soal tes obyektif.
4)      Butir-butir soal tes obyektif tidak hanya dipergunakan dalam satu kali tes tetapi dapat dipergunakan lagi.
5)      Proses analisa yang mudah.
6)      Lebih mudah menyusun tes obyektif daripada subyektif.

Keunggulan Tes Obyektif
1)      Tes obyektif bersifat representatif .
2)      Penyusun dapat bertindak lebih obyektif dalam mengoreksi lembar jawaban soal dan menentukan bobot skor.
3)      Lebih mudah dan lebih cepat mengoreksi ketimbang mengoreksi hasil tes uraian.
4)      Tes obyektif dapat dikoreksi oleh pihak lain.
5)      Butir-butir soal pada tes obyektif, jauh lebih mudah dianalisis, analisis dari kesukarannya, daya pembedanya, validitas maupun reliabilitasnya.

Kelemahan Tes Obyektif
1)      Menyusun butir-butir soal tes obyektif tidak semudah menyusun tes uraian karena jumlah butir-butir soal banyak.
2)      Tes obyektif kurang dapat mengukur proses berpikir yang tinggi.
3)      Dengan tes obyektif, terbuka kemungkinan bagi siswa untuk bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal.
4)      Cara memberikan jawaban soal pada tes obyektif, di mana dipergunakan simbol-simbol huruf.

Yang sering digunakan:
Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
1.      Soal harus sesuai dengan indikator
2.      Pengecoh harus berfungsi
3.      Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
4.      Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
5.      Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
6.      Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
7.      Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
8.      Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah/benar.”
9.      Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.
10.  Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.
11.  Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
12.  Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.

Contoh Soal Pilihan Ganda
Perangkat Komputer yang harus ada dalam pengoperasian Komputer adalah ...
a. Hardware + Software + Brainware
b. Softaware + Banner + hardware
c. Software + Brainwere + Windows
d. Hardware + Software + Brainwar
e. Hardware + Software + DOS
Kunci : A

B.   LANGKAH-LANGKAH DALAM PENYUSUNAN TES
Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-lanngkah sebagai berikut: 
1.      Menentukan tujuan mengadakan tes 
2.      Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan. 
3.      Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan 
4.      Manderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat ula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati. 
5.      Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tesebut.
Tabel spesifikasi yang juga dikenal dengan kisi-kisi adalah sebuah tabel yang didalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki oleh penilai, dimana pada tiap petak dari tabel tersebut diisi dengan angka-angka yang menunjukan banyaknya butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar.
Adapun dari arah taraf kompetensi, biasanya penilai menggunakan model yang dikembangkan oleh Bloom (1956). Menurut Benjamin S. Bloom, kompetensi kognitif peserta mulai dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi adalah
a.       Pengetahuan/ingatan
b.      Pemahaman
c.       Aplikasi atau penerapan
d.      Analisis
e.       Sintesis, dan
f.       Evaluasi
6.      Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.

C.      KOMPONEN-KOMPONEN TES

Komponen Atau Kelengkapan Sebuah Tes Terdiri Atas :
1)   Buku Tes
Buku Tes yaitu Lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.

2)   Lembar Jawaban Tes
Lembar Jawaban Tes yaitu Lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee untuk mengerjakan tes. 

3).  Kunci Jawaban Tes
Kunci Jawaban Tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/kalimat. Untuk tes bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban.
Ide dari adanya kunci jawaban ini adalah agar
Ø  Pemekrisaan tes dapat dilakukan oleh orang lain,
Ø  Pemeriksaannya betul,
Ø  Dilakukan dengan mudah,
Ø  Sesedikit mungkin masuknya unsur subjektif.

4.)  Pedoman penilaian
Pedoman penilaian atau pedoman scoring berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan.







0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Telusuri