Sabtu, 24 November 2012

Validitas Tes


A.    PENGERTIAN VALIDITAS
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997:5). Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Suatu tes di katakan valid jika tes itu benar-benar mengukur apa yang hendak di ukur. Misalnya bila hendak mengukur tinggi badan seseorang maka ukuran yang cocok atau memenuhi syarat adalah meter. Bila hendak mengukur berat badan satuan ukur yang cocok adalah satuan ukuran kilo.
 Validitas berkenaan dengan kecermatan alat ukur untuk mengukur atribut subyek didik yang dikehendaki, artinya alat ukur yang valid adalah alat ukur yang dapat mengukur atribut yang hendak diukur dengan tepat dan cermat, sehingga hasil pengukurannya dapat menggambarkan atribut yang telah diukur.

B.     MACAM-MACAM VALIDITAS
Macam-macam validitas yang dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yang berdasarkan pelaksanaannya, yaitu :
Validitas Teoritik atau validitas logik adalah validitas alat evaluasi yang dilakukan berdasarkan pertimbangan teoritik atau logika. Agar hasil dari pertimbangan sesuai dengan keinginan maka sebaiknya dilakukan oleh para ahli yang berpengalaman dalam bidangnya. Jenis dari Validitas Teoritik ada 3, antara lain :
  1. Validitas Isi (content validity)
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, seperti materi/bahan yang dipakai sebagai alat evaluasi juga merupakan sampel representattif dari pengetahuan yang harus dikuasai. Dengan menggunakan kisi-kisi dan format penulisan soal, keseluruhan
soal yang disajikan dalam alat evaluasi akan merupakan sampel yang representatif dari pengetahuan siswa yang akan diuji. Apabila soal evaluasi tersusun dari bahan-bahan diluar materi yang diajarkan maka soal tersebut tidak valid menurut validitas isi. Agar soal yang dibuat memiliki validitas isi yang baik, haruslah memperhatikan hal-hal berikut ini, yaitu :
  1. Bahan evaluasi merupakan sampel representatif untuk mengukur seberapa jauh tujuan dapat tercapai
  2. Titik berat bahan yang diujikan harus berimbang dengan titik berat bahan dalam kurikulum
  3. Untuk mengerjakan evaluasi tidak diperlukan pengetahuan bahan yang belum diajarkan.
  4. Validitas Muka (face validity)
Validitas muka suatu alat evaluasi artinya ketepatan susunan kalimat/kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya/tidak menimbulkan tafsiran lain. Apabila suatu soal tidak dapat/sulit dipahami maksudnya sehingga testi tidak bisa menjawab dengan baik, berarti validitas mukanya tidak baik. Pada umumnya alat evaluasi yang mempunyai validitas isi yang baik maka validitas mukanya pun baik namun tidak berlaku untuk sebaliknya.
  1. Validitas Konstruksi Psikologik (constract validity)
Validitas konstruksi psikologik berkenaan dengan aspek sikap, kepribadian, motivasi, minat dan bakat. Alat evaluasi yang berkenaan dengan aspek-aspek ini hendaknya tidak menyinggung emosi responden yang ada kaitannya dengan evaluasi tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa validitas konstruksi psikologik merupakan validitas tersusun, artinya alat evaluasi harus dapat dengan tepat mengevaluasikan karakteristik tertentu yang akan dievaluasi. Jadi validitas konstruksi psikologik dapat dikatakan sebagai kesesuaian materi dalam alat evaluasi sesuai dengan tujuan evaluasi yang bersangkutan.
2.  Validitas kriterium (criterion related validity)
Validitas kriterium berdasarkan kriteria atau validitas yang ditinjau dalam hubungannya dengan kriterium tertentu.  Validitas ini diperoleh dengan melalui observasi atau pengalaman yang bersifat empirik, kriterium itudipergunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi.
Ada 2 macam validitas yang termasuk ke dalam validitas kriterium adalah
1).   Validitas banding / validitas bersama (concurrent validity)
Validitas ini kriteriumnya terdapat pada waktu yang bersamaan dengan alat evaluasi yang diselidiki validitasnya atau hampir sama dan dilakukan terhadap subjek yang sama.
2).   Validitas ramal (predictive validity)
Memprediksi artinya meramalkan berkenaan dengan hal yang akan datang berdasarkan kondisi yang  ada sekarang.
Sebuah alat evaluasi dikatakan memiliki validitas prediksi yang baik jika ia mempunyai kemampuan meramalkan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Contoh:
a.  tes masuk perguruan tinggi negeri ( UMPTN) atau yang dulu dikenal dengan sipemaru (seleksi penerimaan mahasiswa baru)    adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi yang dimasukinya. Calon yang lulus tes diharapakan mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan mengikuti perkuliahan tersebut.
b.  sistem penerimaan siswa baru di SMP dan SMA dengan menggunakan nilai ebatanas murni (NEM)
Untuk menentukan validitas prediksi tersebut digunakan alat pembanding berupa nilai–nilai yang diperoleh dari hasil perkuliahan. Jika nilai tes masuk dan hasil perkuliahan berkorelasi tinggi maka validitas prediksi tes masuk tersebut tinggi. Sebaliknya jika berkorelasi rendah atau sama sekali tidak berkorelasi bahkan berkorelasi negatif maka validitas prediksi alat tersebut jelek.


C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari siswa yang bersangkutan.
1)      Faktor yang berasal dari dalam tes
  1. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes
  2. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrument evaluasi, tidak terlalu sulit
  3. Item tes dikonstruksi dengan jelas.
  4. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
  5. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu longgar.
  6. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel
  7. Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi siswa
2)      Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes.
  1. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
  2. Adanya kecrangan dalam tes sehingga tidak membedakan antara siswa yang belajar dengan melakukan kecurangan.
  3. Pemberian petunjuk dari dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua siswa.
  4. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
  5. Siswa tidak dapat memngikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
  6. Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item tes yang diberikan.
3)      Faktor yang berasal dari jawaban siswa
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item pada tes evaluasi (Sukardi, 2008).

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Telusuri