A.
BENTUK-BENTUK PENYUSUNAN TES HASIL BELAJAR
Setiap kali guru akan memberikan tes, kebanyakan guru
selalu bertanya kepada dirinyasendiri:
“ Pertanyaan apakah yang akan saya berikan”
“ Jawaban apakah yang saya perlukan, dan jawaban manakah yang tidak saya perlukan”
“Berapa soal yang akan saya buat”
“Bagaimanakkah bentuk kunci jawabannya”
“ Pertanyaan apakah yang akan saya berikan”
“ Jawaban apakah yang saya perlukan, dan jawaban manakah yang tidak saya perlukan”
“Berapa soal yang akan saya buat”
“Bagaimanakkah bentuk kunci jawabannya”
Dan masih banyak lagi
pertanyaan-pertanyaan yang timbul, maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut,guru harus ingat akan fungsi tes. Sehubungan dengan hal-hal yang harus
diingat pada waktu pentusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dar tiga hal:
1. Fungsi untuk
kelas
2. Fungsi untuk
bimbingan
3. Fungsi untuk
administrasi.
Masalah penyusunan tes perlu diingat fungsi mana yang
dipentingkan oleh si anak didik dan sebuah tes sebaiknya mencakup kebulatan,
yang artinya meliputi berbagai aspek yang menggambarkan keadaan siswa secara
keseluruhan ( kecerdasan, sikap, pribadi, perasaan, sosial dan sebagainya)
Penyusunan Tes
Tertulis
Sebagai alat
pengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari
segi bentuk soal-soal, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes belajar
bentuk uraian (tes subjektif), dan tes hasil belajar bentuk obyektif.
Menurut Anas Sudijono ada 4 yaitu:
û Valid
Apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
û Reliabel
Apabila hasil-hasil pengukuran
yang digunakan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap
obyek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama.
û Obyektif
Ditinjau dari isi atau materi
tesnya, tes bersumber dari materi
pelajaran yang telah diberikan sesuai kompetensinya. Ditinjau dari segi
nilai hasil tesnya, maka pemberian skor dan penentuan nilainya terhindar dari
unsur-unsur subyektivitas.
û Praktis
Mengandung pengertian bahwa
tes hasil belajar dilakukan dengan mudah, karena ada dua alasan:
1. Bersifat sederhana
2. Lengkap
1. TES
URAIAN
Pada
umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban
yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya
didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya
tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90-120 menit.
Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir,
menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat
mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya
kreativitas yang tinggi.
Petunjuk
penyusunan tes uraian adalah:
- Hendaknya soal-soal tes dapat
meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun
soal yang sifatnya komprehensif.
- Hendaknya soal tidak mengambil
kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
- Pada waktu menyusun, soal-soal
itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
- Hendaknya diusahakan agar
pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “seberapa
jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
- Hendaknya rumusan soal dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa.
- Hendaknya ditegaskan model
jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.
Tujuan Tes
Subyektif
Tes uraian
digunakan sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, digunakan apabila
pembuat soal (guru) ingin mengetahui daya ingat dan pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran yang sudah dijelaskan sebelumnya, dan mengetahui kemampuan
siswa dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya.
Keunggulan
Tes Subyektif
1. Dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
2. Mencegah kemungkinan timbulnya permainan spekulasi dikalangan siswa.
3. Penyusun soal dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan tingkat
penguasaan siswa dalam memahami materi.
4. Siswa akan terdorong dan terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat
menggunakan susunan kalimat dan gaya bahasanya sendiri.
Kelemahan
Tes Subyektif
1. Kurang dapat mencakup dan mewakili isi dan luasnya materi yang telah
diberikan kepada siswa.
2. Cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit.
3. Dalam pemberian skor hasil tes uraian, penyusun lebih cenderung bersifat
subyektif.
4. Pekerjaan koreksi tidak mudah diserahkan kepada orang lain.
5. Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya reliabilitas umumnya rendah
sehingga kurang dapat dijadikan sebagai alat pengukur hasil.
Kaidah
Penulisan Tes Subyektif
1. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, harus dapat diusahakan agar
butir-butir soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran
yang telah diajarkan.
2. Diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan
kalimat yang terdapat dalam materi untuk mencegah perbuatan mencontek.
3. Setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya segera disusun dan
dirumuskan secara tegas, seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki
oleh siswa sebagai jawaban yang betul.
4. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar pertanyaan atau
perintahnya jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.
5. Kalimat soal disusun secara ringkas, padat dan jelas.
6. Hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh penyusun adalah pedoman tentang
cara mengerjakan atau menjawab butir-butir soal tersebut.
Contoh Soal
Uraian
Jawablah
Pertanyaan dibawah ini dengan benar dan jelas!
- Apakah yang dimaksud
dengan Microsoft Access
- Jelaskan menurut anda
pengertian dari Database
- Jelaskan perbedaan antara
primary key dan foreign key
- Jelaskan pengertian dari
: a)Table b)Query c)Form d)Report
- Jelaskan pengertian dari
LAN, MAN, WAN & Internet dalam jaringan komputer!
2. TES OBJEKTIF
Tes obyektif
(objective test) adalah jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir
soal (items) yang dapat dijawab oleh siswa dengan memilih salah satu (atau
lebih) di antara beberapa jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing
items.
Penggolongan
Tes Obyektif
1.
Tes benar-salah (true-false)
Tes obyektif bentuk
true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang
diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang
benar dan ada yang salah.
a) Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item
dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
b) Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B
sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola
jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
c) Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
d) B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
e) Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan
buku.
f) Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan
memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya:
semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan sebagainya.
2.
Tes pilihan
ganda (multiple choice test)
Multiple choice
test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus
memllilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Pada dasarnya,
soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar salah juga, tetapi dalam
bentuk jamak. Testee diminta membenarkan atau menyalahkan setiap item dengan
tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat
buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah
dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).
3.
Menjodohkan
(Matching test)
Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah
mempertandingan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test
terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing
pertanyaan mempunyai tercantum dalam seri jawaban.
Petunjuk-petunjuk
yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:
a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching test
hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan
yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi
homogenitas antara item-item itu.
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak
dari pada jumlah soalnya (kurang lebih 1 ½ kali). Dengan demikian murid
dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya,
sehingga murid terpaksa lebih menggunakan pikirannya.
c. Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching
test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
4.
Tes isian (complection
test)
Complection
test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes
menyempurnakan, atau tes melengkapi. complection test terdiri atas
kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang
dihilangkan atau yang diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang
kita minta dari murid.
Saran-saran
dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a) Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat
merencenakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
b) Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada
buku/catatan.
c) Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d) Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan
mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e) Jangan mulai dengan tempat kosong.
Tujuan Tes Obyektif
1) Koreksi yang cepat dengan jumlah siswa yang banyak.
2) Penyusun akan memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang luas dalam
menyusun butir-butir soal tes obyektif.
3) Penyusun memiliki cuku waktu dalam mempersiapkan penyusunan butir-butir
soal tes obyektif.
4) Butir-butir soal tes obyektif tidak hanya dipergunakan dalam satu kali tes
tetapi dapat dipergunakan lagi.
5) Proses analisa yang mudah.
6) Lebih mudah menyusun tes obyektif daripada subyektif.
Keunggulan
Tes Obyektif
1) Tes obyektif bersifat representatif .
2) Penyusun dapat bertindak lebih obyektif dalam mengoreksi lembar jawaban
soal dan menentukan bobot skor.
3) Lebih mudah dan lebih cepat mengoreksi ketimbang mengoreksi hasil tes
uraian.
4) Tes obyektif dapat dikoreksi oleh pihak lain.
5) Butir-butir soal pada tes obyektif, jauh lebih mudah dianalisis, analisis
dari kesukarannya, daya pembedanya, validitas maupun reliabilitasnya.
Kelemahan
Tes Obyektif
1) Menyusun butir-butir soal tes obyektif tidak semudah menyusun tes uraian
karena jumlah butir-butir soal banyak.
2) Tes obyektif kurang dapat mengukur proses berpikir yang tinggi.
3) Dengan tes obyektif, terbuka kemungkinan bagi siswa untuk bermain
spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal.
4) Cara memberikan jawaban soal pada tes obyektif, di mana dipergunakan
simbol-simbol huruf.
Yang sering
digunakan:
Kaidah
Penulisan Soal Pilihan Ganda
1. Soal harus sesuai dengan indikator
2. Pengecoh harus berfungsi
3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
5. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
6. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
7. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
8. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas
salah/benar.”
9. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.
10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.
11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi.
12. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak
pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
Contoh Soal
Pilihan Ganda
Perangkat
Komputer yang harus ada dalam pengoperasian Komputer adalah ...
a. Hardware
+ Software + Brainware
b. Softaware
+ Banner + hardware
c. Software
+ Brainwere + Windows
d. Hardware
+ Software + Brainwar
e. Hardware
+ Software + DOS
Kunci : A
B.
LANGKAH-LANGKAH DALAM PENYUSUNAN TES
Penyusunan tes
dilakukan dengan langkah-lanngkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan mengadakan tes
2. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan
diteskan.
3. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap
bagian bahan
4. Manderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang
memuat ula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu. Tabel ini digunakan
untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar
tidak terlewati.
5. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi,
aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tesebut.
Tabel
spesifikasi yang juga dikenal dengan kisi-kisi adalah sebuah tabel yang
didalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang
dikehendaki oleh penilai, dimana pada tiap petak dari tabel tersebut diisi
dengan angka-angka yang menunjukan banyaknya butir soal yang akan dikeluarkan
dalam tes hasil belajar.
Adapun dari
arah taraf kompetensi, biasanya penilai menggunakan model yang dikembangkan
oleh Bloom (1956). Menurut Benjamin S. Bloom, kompetensi kognitif peserta mulai
dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi adalah
a.
Pengetahuan/ingatan
b.
Pemahaman
c.
Aplikasi atau
penerapan
d.
Analisis
e.
Sintesis, dan
f.
Evaluasi
6. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK
yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
C.
KOMPONEN-KOMPONEN TES
Komponen Atau
Kelengkapan Sebuah Tes Terdiri Atas :
1) Buku
Tes
Buku Tes yaitu Lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal
yang harus dikerjakan oleh siswa.
2) Lembar
Jawaban Tes
Lembar Jawaban
Tes yaitu Lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi
testee untuk mengerjakan tes.
3). Kunci
Jawaban Tes
Kunci Jawaban
Tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci
jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/kalimat. Untuk
tes bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat
singkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban.
Ide dari adanya
kunci jawaban ini adalah agar
Ø
Pemekrisaan tes dapat dilakukan oleh orang lain,
Ø
Pemeriksaannya betul,
Ø
Dilakukan dengan mudah,
Ø
Sesedikit mungkin masuknya unsur subjektif.
4.) Pedoman
penilaian
Pedoman
penilaian atau pedoman scoring berisi
keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi
soal-soal yang telah dikerjakan.
0 komentar:
Posting Komentar