A. PENGERTIAN VALIDITAS
Validitas
berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997:5). Suatu tes atau instrumen pengukur
dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut dapat
menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data yang tidak
relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas
rendah.
Suatu
tes di katakan valid jika tes itu benar-benar mengukur apa yang hendak di ukur.
Misalnya bila hendak mengukur tinggi badan seseorang maka ukuran yang cocok
atau memenuhi syarat adalah meter. Bila hendak mengukur berat badan satuan ukur
yang cocok adalah satuan ukuran kilo.
Validitas berkenaan dengan kecermatan alat
ukur untuk mengukur atribut subyek didik yang dikehendaki, artinya alat ukur
yang valid adalah alat ukur yang dapat mengukur atribut yang hendak diukur
dengan tepat dan cermat, sehingga hasil pengukurannya dapat menggambarkan
atribut yang telah diukur.
B. MACAM-MACAM VALIDITAS
Macam-macam validitas yang dapat
dikelompokkan menjadi 2 jenis yang berdasarkan pelaksanaannya, yaitu :
Validitas Teoritik atau
validitas logik adalah validitas alat evaluasi yang dilakukan berdasarkan
pertimbangan teoritik atau logika. Agar hasil dari pertimbangan sesuai dengan
keinginan maka sebaiknya dilakukan oleh para ahli yang berpengalaman dalam
bidangnya. Jenis dari Validitas Teoritik ada 3, antara lain :
- Validitas
Isi (content validity)
Validitas isi suatu alat
evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang
dievaluasikan, seperti materi/bahan yang dipakai sebagai alat evaluasi juga
merupakan sampel representattif dari pengetahuan yang harus dikuasai. Dengan
menggunakan kisi-kisi dan format penulisan soal, keseluruhan
soal yang disajikan dalam alat evaluasi akan merupakan sampel yang representatif dari pengetahuan siswa yang akan diuji. Apabila soal evaluasi tersusun dari bahan-bahan diluar materi yang diajarkan maka soal tersebut tidak valid menurut validitas isi. Agar soal yang dibuat memiliki validitas isi yang baik, haruslah memperhatikan hal-hal berikut ini, yaitu :
soal yang disajikan dalam alat evaluasi akan merupakan sampel yang representatif dari pengetahuan siswa yang akan diuji. Apabila soal evaluasi tersusun dari bahan-bahan diluar materi yang diajarkan maka soal tersebut tidak valid menurut validitas isi. Agar soal yang dibuat memiliki validitas isi yang baik, haruslah memperhatikan hal-hal berikut ini, yaitu :
- Bahan
evaluasi merupakan sampel representatif untuk mengukur seberapa jauh
tujuan dapat tercapai
- Titik
berat bahan yang diujikan harus berimbang dengan titik berat bahan dalam
kurikulum
- Untuk
mengerjakan evaluasi tidak diperlukan pengetahuan bahan yang belum
diajarkan.
- Validitas
Muka (face validity)
Validitas muka suatu alat
evaluasi artinya ketepatan susunan kalimat/kata-kata dalam soal sehingga jelas
pengertiannya/tidak menimbulkan tafsiran lain. Apabila suatu soal tidak
dapat/sulit dipahami maksudnya sehingga testi tidak bisa menjawab dengan baik,
berarti validitas mukanya tidak baik. Pada umumnya alat evaluasi yang mempunyai
validitas isi yang baik maka validitas mukanya pun baik namun tidak berlaku
untuk sebaliknya.
- Validitas
Konstruksi Psikologik (constract validity)
Validitas konstruksi psikologik
berkenaan dengan aspek sikap, kepribadian, motivasi, minat dan bakat. Alat
evaluasi yang berkenaan dengan aspek-aspek ini hendaknya tidak menyinggung
emosi responden yang ada kaitannya dengan evaluasi tersebut. Pendapat lain
menyatakan bahwa validitas konstruksi psikologik merupakan validitas tersusun,
artinya alat evaluasi harus dapat dengan tepat mengevaluasikan karakteristik
tertentu yang akan dievaluasi. Jadi validitas konstruksi psikologik dapat dikatakan
sebagai kesesuaian materi dalam alat evaluasi sesuai dengan tujuan evaluasi
yang bersangkutan.
2. Validitas kriterium (criterion related
validity)
Validitas kriterium berdasarkan
kriteria atau validitas yang ditinjau dalam hubungannya dengan kriterium tertentu.
Validitas ini diperoleh dengan melalui observasi atau pengalaman yang bersifat
empirik, kriterium itudipergunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien
validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi.
Ada 2 macam validitas yang termasuk ke dalam
validitas kriterium adalah
1). Validitas banding / validitas
bersama (concurrent validity)
Validitas ini kriteriumnya
terdapat pada waktu yang bersamaan dengan alat evaluasi yang diselidiki
validitasnya atau hampir sama dan dilakukan terhadap subjek yang sama.
2). Validitas ramal (predictive
validity)
Memprediksi artinya meramalkan
berkenaan dengan hal yang akan datang berdasarkan kondisi yang ada
sekarang.
Sebuah alat evaluasi dikatakan
memiliki validitas prediksi yang baik jika ia mempunyai kemampuan meramalkan
hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Contoh:
a. tes masuk perguruan tinggi negeri ( UMPTN)
atau yang dulu dikenal dengan sipemaru (seleksi penerimaan mahasiswa
baru) adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan
keberhasilan peserta tes dalam mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi yang
dimasukinya. Calon yang lulus tes diharapakan mencerminkan tinggi rendahnya
kemampuan mengikuti perkuliahan tersebut.
b. sistem penerimaan siswa baru di SMP dan
SMA dengan menggunakan nilai ebatanas murni (NEM)
Untuk menentukan validitas
prediksi tersebut digunakan alat pembanding berupa nilai–nilai yang diperoleh
dari hasil perkuliahan. Jika nilai tes masuk dan hasil perkuliahan berkorelasi
tinggi maka validitas prediksi tes masuk tersebut tinggi. Sebaliknya jika
berkorelasi rendah atau sama sekali tidak berkorelasi bahkan berkorelasi
negatif maka validitas prediksi alat tersebut jelek.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Validitas
Banyak faktor
yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor
tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor
internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari siswa
yang bersangkutan.
1)
Faktor yang berasal dari dalam tes
- Arahan tes yang disusun dengan makna tidak
jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes
- Kata-kata yang digunakan dalam struktur
instrument evaluasi, tidak terlalu sulit
- Item tes dikonstruksi dengan jelas.
- Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan
materi pembelajaran yang diterima siswa.
- Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini
termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu longgar.
- Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak
mewakili sampel
- Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi
siswa
2)
Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes.
- Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa
dalam memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
- Adanya kecrangan dalam tes sehingga tidak
membedakan antara siswa yang belajar dengan melakukan kecurangan.
- Pemberian petunjuk dari dari pengawas yang
tidak dapat dilakukan pada semua siswa.
- Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
- Siswa tidak dapat memngikuti arahan yang
diberikan dalam tes baku.
- Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk
dalam menjawab item tes yang diberikan.
3)
Faktor yang berasal dari jawaban siswa
Seringkali
terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena
dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item pada tes
evaluasi (Sukardi, 2008).
0 komentar:
Posting Komentar