3.1.
Lahirnya Ilmu Pengetahuan Alamiah
Sejak dilahirkan manusia bersentuhan dengan
alam, hal ini menimbulkan pengalaman.
Alam memberikan rangsangan kepada manusia melalui panca indera, jadi
panca indera merupakan alat komunikasi antara alam dengan manusia yang
membuahkan pengalaman.
Pengalaman
dari waktu ke waktu bertambah, karena manusia adalah mahluk yang serba ingin
tahu karena itu manusia disebut juga sebagai binatang yang rasional ( “Rational
animal” ) dengan daya pikir ini manusia ingin mendapatkan jawaban atas
pertayaan yang hakiki : apa, bagaimana, dan mengapa, baik atas kehadirannya di
dunia, maupun atas segala benda yang telah mengadakan kontak dengan dirinya. Manusia secara sadar atau tidak akan
mengadakan reaksi terhadap rangsangan alam.
Pengalaman inilah yang memungkinkan terjadinya pengetahuan, yaitu
kumpulan fakta-fakta objek atau the bundle of facts.
Kumpulan
fakta selalu bertambah selama manusia masih berada di atas bumi dan selalu
meneruskan fakta-fakta itu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam tahap-tahap awal manusia masih percaya
pada mitos yang sekarang hanya dinilai sebagai pengetahuan semu (pseudo science
) karena akhirnya tak memuaskan sejalan dengan semakin majunya kemampuan
penalaran dan alat bantu untuk melakukan pengamatan dan percobaan maka dikejarnya kebenarannya sebagai
pengetahuan sejati ( Pure science ).
Pertambahan pengetahuan terjadi atas dua
dorongan pokok :
1. Keinginan untuk memuaskan diri, yang
bersifat non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas tentang hakekat
alam semesta dan isinya. Dorongan ini
menumbuhkan Pengetahuan menuju ke Ilmu Pengetahuan Murni [Pure Science]
2. Keinginan praktis, yaitu manusia sebagai
mahluk yang dapat berpikir, berbudi, berperasaan yang selalu berusaha
menjadikan hidupnya lebih aman dan lebih tinggi. Dorongan ini menumbuhkan
kemajuan ilmu pengetahuan menuju ke Ilmu Pengetahuan Terapan [Applied Science].
Setelah merasa sulit memenuhi kebutuhannya
dengan cara foodgathering, maka dengan akalnya manusia mampu mengadakan
foodproducing. Cara hidupnya tak lagi
nomaden melainkan sudah sendeter.
Ekonomi masyarakat manusia bukan hanya soal menghasilkan makanan,
melainkan juga meliputi perdagangan dan industri guna memenuhi kehidupannya. Cara hidup menetap dengan ekonomi mantap
memberi kesempatan berpikir lebih banyak.
Objek utama yang dipikirkan manusia ialah alam sekitar tempat hidupnya.
Sehingga manusia terus belajar dan mempelajari kondisi alam sekitarnya dan
akhirnya lahirlah pengetahuan alam ( natural science ).
Perkembangan Pengetahuan Dari Masa Ke Masa
Zaman
Purba.
Berdasarkan hasil penemuan peninggalan zaman
purba seperti alat-alat dari batu dan tulang, tulang-tulang hewan, sisa-sisa
dari beberapa tanaman, gambar-gambar dalam gua, tempat-tempat penguburan, dan
tulang-tulang manusia purba. Perbaikan
bentuk dari alat-alat tersebut menunjukkan bahwa manusia pada masa itu telah
dapat menghayati, membedakan dan juga menunjukkan kecenderungan ke arah fungsi
yang lebih baik. Disamping karena
pengalamannya, maka pemilihan batu yang digunakan menunjukkan kemampuannya
untuk membedakan dan memilih. Disamping
peninggalan alat-alat, manusia purba juga mewariskan cara bercocok tanam dan
beternak menunjukkan mereka mampu memelihara dan membina tanaman dan hewan liar
menjadi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Peninggalan
alat, tanaman dan ternak diatas menunjukkan bahwa manusia purba telah mempunyai
pengetahuan yang diperoleh berkat pengalamannya, kemampuan mengamati dan
kemampuan memilih. Penemuan-penemuan itu
terjadi baik secara kebetulan maupun disengaja.
Semua penemuan-penemuan itu menjadi mantap dan diulang terus menerus
hingga tersusunlah pengetahuan (know how) yang kemudian diwariskan kepada
generasi selanjutnya.
Masa 15.000
– 600 SM pengetahuan manusia makin bertambah dibuktikan dengan
ditemukannya peralatan yang terbuat dari
logam perunggu atau besi dan perhiasan terbuat dari emas dan perak serta
batu-batu permata. Pada masa ini manusia
masih sangat menggantungkan diri pada kepercayaan politheistik yang berpengaruh
terhadap hasil pemikiran sehingga berkembang mitos dan pseudo sciene. Dari hasil pengamatan-pengamatan manusia
purba ditemukan hal-hal sebagai berikut
:
Ada gugusan
atau rasi bintang yang kemudian diberi nama, misalnya Ursa mayor, Ursa minor,
Sagitarius, Gemini, Orion. Serangkaian
rasi (12 buah) diantara rasi-rasi ini yang berjajar sepanjang ekliptika disebut
Zodiak.
Kedudukan
matahari dan bulan berubah/bergerak terhadap zodiak.
Planet-planet
Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus kedudukannya selalu berubah
terhadap zodiak.
Bulan tiap
kali berubah bentuk dan tempat, dan kembali pada bentuk dan tempat yang sama
setelah 28 sampai 29 kali matahari terbit dan terbenam.
Terbit dan
terbenamnya matahari di cakrawala juga berpindah-pindah dengan periode
tertentu, yaitu 365 hari.
Dalam 365
hari terjadi 12 kali perubahan bulan untuk tiap kali kembali pada bentuknya
yang sama.
Diantara
gejala alam ada peristiwa gerhana bulan.
Berdasarkan hasil pengamatan-pengamatan
tersebut manusia purba mampu membuat kalender sebagai pedoman waktu untuk
mengatur kehidupan ritual, pekerjaan sehari-hari dan untuk peramalan gerhana
yang akan datang.
Penemuan-penemuan di atas merupakan proses
alamiah, hanya dimungkinkan setelah manusia zaman itu mencari dan akhirnya
menemukan dan mampu menggunakan angka-angka dan abjad untuk melakukan
perhitungan-perhitungan. Dalam menemukan
proses alamiah tersebut berlangsung tahapan-tahapan pengamatan, pengumpulan
data analisis, abstraksi, simbolisasi dan sintesis kembali. Jadi dalam perkembangannya manusia purba
dapat memperoleh pengetahuan/kemampuan sebagai berikut :
Pengetahuan
yang berdasarkan pengalaman.
Kemampuan
melakukan abstraksi berdasarkan kesamaan atau keteraturan
Kemampuan
menulis dan berhitung dan menyusun kalender berdasarkan proses sintesis
terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
Kemampuan
menemukan abjad dan sistem bilangan alamiah berbagai jenis siklus, yang
semuanya berdasarkan proses abstraksi.
Kemampuan
meramal berdasarkan peristiwa fisis.
Kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki
tersebut semuanya diperoleh secara alamiah, artinya tanpa disadari dan
disengaja, jadi segala peristiwa yang terjadi hanya diterima sebagaimana
adanya, tanpa usaha pendalaman lebih lanjut.
Manusia purba masih dalam pemikiran (receptive attitude dan receptive mind).
Zaman Yunani
600 SM
sampai kurang lebih 200 SM disebut zaman Yunani. Pada masa ini terjadi perubahan besar dan
perubahan ini dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa Yunani
yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman tersebut secara pasit
receptive, tapi mereka memilih “inquiry attitude” dan “inquiry mind”.
Menurut
bangsa Yunani dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan, yang penting
bukan jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut. Misal Thalea (624 – 548 SM) dia tidak dapat
menerima begitu saja adanya kenyataan, bahwa di bumi ada air, api, udara, awan,
kayu, dll. Hal ini hanya dianggap
sebagai gejala, dalam pikirannya timbul pertanyaan :
- dari apakah hal-hal yang berbeda tersebut
dibuat?
- apakah bahan dasarnya terbatas, dan
lain-lain.
Pengajuan
pertanyaan yang terus menerus akan menimbulkan atau menyebabkan pemeriksaan dan
penelitian yang terus menerus juga.
Dengan demikian pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap mendorong
pemikiran dan penyelidikan.
Zaman Modern
Permulaan
abad ke-14 di Eropa dimulai perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi
pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh
Roger Bacon (1214 – 1294) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri
dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian.
Perkembangan
ilmu pengetahun makin pesat dan mantap setelah Francis Bacon (1560 – 1626)
menulis buku berjudul “ Novum Organum” yang mengutarakan tentang
landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan
dengan penguraian metodenya.
Dilihat dari
segi metodologi dan psikologi maka seluruh ilmu pengetahuan tersebut didasarkan
pada :
Pengamatan
dan pengalaman manusia yang terus menerus,
Pengumpulan
data yang terus menerus dan dilakukan secara sistimatis,
Analisis
data yang ditempuh dengan berbagai cara, antara lain :
analisis langusng, perbandingan dan analisis matematis dengan
menggunakan model-model matematis,
Penyusunan
model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan sehubungan dengan
model-model itu.
Percobaan-percobaan
untuk menguji ramalah tersebut.
Percobaan-percobaan
ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan, diantaranya benar atau salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan
untuk mencari kesalahan berpikir, sehingga terbuka juga kemungkinan untuk
memperbaikinya. Dengan demikian ilmu
pengetahuan modern memiliki suatu sistem yang didalamnya terkandung mengoreksi
diri, yang memungkinkan ditiadakannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap
menuju ke arah kebenaran.
Pada mulanya ilmu pengetahuan timbul di Asia,
meluas ke Yunani kembali ke Asia (Timur Tengah), baru kemudian ke Eropa.
3.1.1
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Asia
Dari penemuan tanah liat yang dibakar (terra
cotta) di lembah sungai Indus diketahui bahwa manusia telah mampu membuat
gambaran binatang dan didekatnya ada tulisan yang sampai sekarang belum
diektahui maknanya. Diduga tulisan
tersebut sama maknanya dengan gambar, sehingga disebut pictograph.
Bangsa Cina menggambar alam dengan lambang
khusus kemudian berkembang menjadi tulisan.
Misalnya, pohon dan hutan, huruf ini disebut huruf Cien CoP atau Jau Co
(Hong Ji bahasa jepang). Di Timur Tengah
orang membuat buku juga dari tanah liat yang ditulisi dengan huruf yang
berbentuk paku sehingga disebut huruf paku (pyroglip). Kini huruf sudah merupakan lambang bunyi
bukan lagi gambar benda. Penciptaan
huruf yang kemudian menghasilkan buku mempunyai arti penting bagi perkembangan
pengetahuan dan secara vertikal dapat diturunkan kepada generasi berikutnya.
Kemampuan
manusia berabstraksi lebih nyata dalam hitungan, misalnya untuk menunjukkan
jumlah 1. Cara itu masih mudah, tetapi
apabila sudah berhubungan dengan 10, 100, 1.000 dan seterusnya memerlukan daya
abstraksi yang tinggi.
Pemakaian angka Romawi yang dahulu dijadikan
standar, kalah praktis dengan angka Arab (angka latin). Misal, angka tiga ratus delapan puluh delapan
dalam angka Arab yaitu 388, sedangkan dalam angka Romawi CCCLXXXVIII. Penciptaan angka mempunyai arti penting bagi
manusia, selain sebagai wujud kemampuan berabstraksi juga mampu untuk
melukiskan jumlah abstrak secara singkat, praktis dan tepat sehingga berkembang
ilmu pengetahuan seperti matematika yang merupakan tolok ukur pengetahuan
3.1.2
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Yunani
Yunani merupakan wilayah Eropa
yang berbatasan dengan Asia Barat.
Posisi negara itu menjadikannya dengan cepat menimba pengetahuan dari timur. Ilmu pengetahuan yang sudah cukup tinggi
tersebut disempurnakan dan ditingkatkan melalui penyelidikan (inquiring). Inilah dasar lahirnya para penemu pengetahuan
bangsa Barat. .
· Nama-nama
berikut merupakan pelopor berkembangnya ilmu pengetahuan di Yunani.
1. Thales (6241 – 548 SM) dianggap sebagai orang pertama yang
mempertanyakan dasar dan isi alam. Ia
tidak menerima kenyataan begitu saja, yaitu bahwa di bumi ini ada air, api,
udara, hewan, dan sebagainya. Dan
berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya dari Timur, Thales sudah dapat
meramalkan terjadinya gerhana bulan.
2. Pythagoras (580 – 500 SM) terkenal dengan
Pythagoras, yaitu c2 = a2 + b2
dan jumlah sudut segitiga adalah 180°.
Ia membentuk suatu lembaga pendidikan dan menghimpun para muridnya dan
sarjana lain dalam Pythagoras Society yg kegiatannya dlm dunia pengetahuan.
3. Socrates (470 – 399 SM) dinilai sebagai
tonggak sejarah ilmu pengetahuan Yunani dan memperkenalkan cara berpikir
deduktif.
4. Leucippus ( + 450 SM) dan Demokritos (460 –
370 SM) dinilai sebagai penemu atom.
Dikatakannya antara lain bahwa atom adalah materi terkecil, sedemikian
kecilnya sehingga tidak dapat dibagi (sekarang dapat dilakukan).
5.
Aristoteles (384 – 322 SM) merupakan seorang pemikir setelah Socrates. Ia banyak memikirkan masalah pengetahuan
sosial (social science), seperti logika dan metafisika (filsafat), tetapi juga
berjasa terhadap ilmu pengetahuan alam, sebagai penganut aliran naturalis, ia
juga mengadakan penyelidikan dan pemikiran tentang embriologi. Karena keterbatasan indera manusia, terdapat
anggapan saat itu bahwa lalat dengan sendirinya ada di alam ini
(spontanea). Sedangkan untuk ayam telah
diketahui perkembangannya sejak berupa telur sampai menjadi ayam.
6. Archimedes (287 – 212 SM) sudah meningkat
pemikirannya dibandingkan dengan para pakar sebelumnya karena sudah
mempergunakan cara empiris yang didasarkan kepada pengalam-an / percobaan. Sebagai ahli matematika, fisika, dan
mekanika. Ia menemukan hukum-hukum,
antara lain hukum yang kemudian dikenal sebagai hukum Archimedes, yaitu benda
yang terapung di air akan kehilangan berat sesuai dengan berat air yang
terdesak.
Masih banyak
pakar lainnya yang memberikan modal dasar bagi lahirnya ilmu pengetahuan dari
Yunani, sehingga oleh bangsa barat, bangsa Yunani diberi julukan “Putra sulung
peradaban Eropa”. Waktu Iskandar Agung
menyerbu dan berkuasa di Asia yang berpusat di Mesopotamia, berkembang pula
pengetahuan dan peradaban Yunani di Timur.
Terjadilah akulturasi antara pengetahuan Yunani dan Timur yang disebut
hellenisme.
3.1.3
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Timur Tengah
Hellenisme berkembang di Timur
Tengah dalam abad pertengahan yang diprakarsai oleh bangsa Arab. Banyak karya ilmiah yang diterjemahkan dan
dikembangkan dalam bahasa Arab yang pada masa jayanya berpusat di kota Bagdad
(Irak) dan Kordoba (Spanyol yang pada saat itu di bawah kekuasaan Arab).
Kwarizmi (+
780 – 850 M) dalam karyanya “Al Jabr wal Mukabala” yang berarti pengutuhan
kembali dan pembandingan, memperkenalkan asas algorisme yang merupakan sistem
hitungan nilai angka menurut tempat dari kanan ke kiri : satuan, puluhan, dst. Sehingga, penjumlahan bilangan dari atas ke
bawah untuk sejumlah deret angka tidak mengalami kesulitan. Inil kemudian menjadi dasar mesin hitung dan
kalkulator. Sistem persepuluhan
(decimal) yang sejajar dengan asa algorisme segera dapat menggantikan sistem
perenampuluhan (sexadecimal) yang sebelumnya dipergunakan oleh bangsa
semit. Angka Romawi yang tidak mengenal
nol tidak cocok dipakai dalam sistem persepuluhan dengan angka di belakang
koma, dan tidak dapat dipakai dalam penjumlahan dari atas ke bawah. Dari sistem Kwarizmi yang berasal dari bangsa
Arab inilah bangsa Barat menyebutnya sebagai angka Arab, walaupun penulisannya
sudah lain.
Niraizi
(wafat 922 M) membuat planetarium dgn
ketepatan yang diakui oleh para ahli. Ia
mengkritik pendapat Ptolomeus yang berpaham geosentris dan menulis sejumlah
buku yang memuat pengetahuan tentang cuaca dan iklim, serta pengetahuan tentang
bintang. Ia membuat alat bantu ilmu
bintang untuk menggambarkan gerak benda-benda langit dan untuk mengukur
jaraknya. Tokoh lain dibidang astronomi
adalah Tsabit ibn Qurrah (wafat 901 M).
ia membahas waktu matahari (samsiah) yang lamanya setahun sama dengan
365 hari 5 jam 49 menit 1 detik.
Ar-Razi (866
– 909 M) orang barat menyebutnya Razes, ialah tokoh kedokteran dan kimia. Ia merupakan orang pertama yang mendiagnosis
penyakit cacar dengan membedakan atas cacar air (variola) dan cacar merah
(rougella). Ia juga berhasil
melaksanakan pengobatan dengan pemanasan syaraf, pengobatan penyakit kepala,
mendiagnosa tekanan darah tinggi, dan menggunakan kayu pengikat untuk patah
tulang (spalk). Sebagai ahli kimia dia
menemukan air raksa (mercury).
Ibn Sina
(980 – 1037 M) dikenal orang barat
sebagai Avisena, merupakan tokoh kedokteran.
Dialah yang pertama kali menunjukkan bahwa udara merupakan penyalur
penyakit. Ia juga merintis pengobatan
penyakit syaraf (neuresthenia). Karyanya
berjudul “Al-Qanun fi’ith Thibb” atau pedoman kedokteran merupakan buku terluas
yang dipergunakan di dunia Islam maupun Barat.
Aslinya, buku-buku ditulis dalam bahasa Arab dan diterbitkan di Roma
(1593). Seluruh karyanya berjumlah 170
buah yang sebagian besar telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin.
Ibn Rusyd
(1126 – 1198 M) di Barat dikenal sebagai Averoes, merupakan seorang penulis
kedokteran umum, karyanya Al-Kulliyat fi’ith Thibb, artinya aturan-aturan umum
ilmu kedokteran, diterjemahkan ke dalam bahasa latin di Padua (1225). Ia merintis ilmu jaringan tubuh (histology)
dan berjasa dalam penelitian pembuluh-pembuluh darah. Tentang penyakit cacar yang telah dikemukakan
oleh Ar-Razi, dikatakannya bahwa seseorang yang pernah diserang penyakit
tersebut seterusnya akan kebal terhadap serangan penyakit itu.
Az-Zahrawi
(wafat 1013 M) merupakan perintis ilmu pengenalan penyakit (diagnostic) dan
cara penyembuhan (therapeutic) penyakit telinga, selain perintis pembedahan
telinga. Ia juga pelopor pengobatan
penyakit kulit (dermatology).
Karya-karyanya telah diterjemahkan dalam bahasa latin dan dicetak
berulang kali di Eropa seperti di Genoa (1497), Basel (1541), dan Oxford
(1778).
Ibn Baithar
(wafat 1248) dibarat dikenal sebagai Alpetragius, seorang ahli tumbuhan. banyak melakukan terapan sebagai applied
science untuk keperluan obat-obatan. Sebagian ilmunya memang berasal dari
Yunani, tetapi dari 1.400 ramuan obat yang dikemukakannya sebanyak 300 buah
merupakan temuan sendiri, diantaranya 200 macam merupakan ramuan dari
tumbuhan. Karyanya Al-ad-wiyati’l
Bashtithah, artinya ramuan-ramuan sederhana, dicetak dalam bahasa latin di
cremona dengan judul Simplicia (1758).
Al-Ashama’I
(740 -828 M) merupakan sarjana ilmu hewan.
Dalam karyanya Al-Hayawan, artinya hewan, dipaparkan tentang singa,
harimau, gajah, dan unggas. Ia meneliti
binatang-binatang tersebut dalam alamnya masing-masing serta perpindahannya
yang berhubungan dengan musim.
Pengetahuannya tentang binatang didukung oleh kegemarannya sebagai
pemburu.
3.1.4.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Eropa
Dari
Universitas Kordoba serta dari buku-buku karya para pakar, bangsa Barat banyak
memperoleh pengetahuan dalam zaman renaisans, suatu zaman di mana bangsa Barat
ingin kembali ke zaman Yunani dan Romawi Kuno.
Karena, dalam abad pertengahan di Eropa, bangsa Barat terlalu
mengutamakan kehidupan beragama Khatolik yang dipenuhi dengan Dogmatisme yang
bersifat sorgawi. Dalam zaman Renaisans
yang terjadi pada bagian akhir abad pertengahan, bangsa barat kembali
menginginkan kehidupan duniawi, termasuk keinginan untuk mengetahui rahasia
alam. Pemikiran yang makin bebas
menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang sehingga zaman renaisans merupakan
bunga peradaban Barat yang kemudian berbuah dalam zaman baru.
Dari
Kordoba, bangsa Barat memperoleh pengetahuan dari bangsa Arab, kemudian di
negerinya dikembangkan dengan wadah-wadah lembaga pengetahuan. Diantaranya, di London didirikan Royal
Society for Improving Natural Knowledge (1662), di Paris, Academic des
Sciencies (1666), di Berlin, Academie derWissenschaffen (1700), di Sint
Petersburg (Lenningrad sekarang) Academie Sint Petersburg (1662), di
Philadelphia (Amerika Serikat) didirikan The America Philosophical Society of
Philadelphia (1743), dan di Jakarta, Belanda mendirikan Bataviaasch Genootschap
vam Klesten en Welenschappen (1778).
Disamping itu banyak diterjemahkan buku-buku pengetahuan dari Timur.
Mula-mula ke dalam bahasa latin, kemudian, Inggris, Perancis atau Jerman. Semboyan yang terkenal, yaitu Nature, Reason,
and Progress. Nature merupakan alam di luar
manusia (external world) yang dijadikan obyek untuk diselidiki. Nature memiliki hukum alam (nature law) yang
disadari dan diperhitungkan kekuatannya oleh manusia. Dengan reason, manusia berpikir dengan
akalnya yang panjang dan disusun objeknya dalam ilmu pengetahuan. Progress merupakan proses ilmu pengetahuan
yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia (enlightenment). Suatu kondisi yang memudahkan para
cendikiawan mengembangkan diri, yaitu adanya kebebasan dalam mengadakan
penyelidikan dan percobaan, sehingga dapat diperoleh penemuan.
Dalam bidang astronomi terdapat
kemajuan pesat, terutama dengan telah dipergunakannya teropong. Sehingga, pendapat Ptolomeus yang telah
diakui di Eropa sampai 13 abad, akhirnya ditinggalkan setelah dikalahkan oleh
faham Heliosentris. Muncul pula
tokoh-tokoh, seperti Nicholaus
Copernicus (1473 -1543), Tycho Brahe (1546-1601), Johannes Kepler
(1551-1630), GalileoGalilei (1564-1642), dan Isaac Newton (1643-1727). Pengetahuan astrologi yang mengaitkan sifat
keberuntungan manusia dengan haris kelahiran dan perhitungan letak bintang
berangsur-angsur ditinggalkan. Astronomi
yang mempelajari letak dan gerakan sifat-sifat benda langit menjadi
berkembang. Lahirlah kosmologi yang
mempelajari asal mula terjadinya alam semesta, sampai dengan sifat-sifat benda
langit yang dihubungkan dengan ilmu-ilmu lain baik filsafat maupun agama.
Dalam bidang fisika, yang terkenal
antara lain ialah Evangelista Torricelli (1588-1647), ahli fisika dan ilmu pasti yang berhasil
menemukan termometer sebagai alat pengukur suhu udara sekaligus dapat
memperkirakan tekanan udara pada suatu tempat.
Bila seseorang naik ke tempat yang lebih tinggi, maka temperatur dan
tekanan udara akan lebih rendah dari tempat semula. Blaise Pascal (1623-1662) pada usia 18 tahun
menemukan pemikiran tentang prinsip komputer.
Di bidang kimia, pelopornya adalah
Antonio Laurent Lavoisier (1743-1794) yang telah menggunakan
percobaan-percobaan. Dengan pembakaran
ditemukan hubungan zat asam dengan udara.
Ia menemukan pula sifat asam dan basa dalam suatu zat. Tokoh lain John Dalton (1766-1844) meletakkan
dasar teori atom dan menemukan multiple proporties. Karyanya antara lain Meteorogical
Observations and Eassys (1793), kemudian A New System of Chemical Philosophy
(1827). Ia juga menemukan tentang buta warna
pada penglihatan manusia. Karena banyak
jasanya, Dalton diangkat menjadi anggota Royal society, yang merupakan
penghormatan tertinggi pada waktu itu.
Dalam bidang biologi, dikenal
Antony van Leuwenhoek (1632-1723) yang mempergunakan mikrokop hasil karyanya
sehingga dapat melihat bakteri dengan pembesaran 270 kali. Ia menemukan spermatozoa anjing, kelinci,
ikan, manusia, dan sejumlah binatang lainnya.
Dengan mikroskop, ia dapat mengetahui sel tubuh dan perkembangan
bakteri. Ia juga terpilih sebagai
anggota Royal Society dan koresponden Academic des Sciencies. Rekannya bernama Malphighio Malphigi
(1628-1694) yang menemukan anatomi tubuh dengan percobaan mula-mulanya pada
katak, kemudian menemukan struktur binatang maupun tumbuhan.
Dengan rasionalisme dan empirisme
yang dikembangkan, ilmu pengetahuan maju dengan pesat sehingga dikatakan
sebagai Scientific revolution. Ilmu
dipikirkan untuk kesejahteraan manusia (ontologi), dan lahirnya applied science
(ilmu terapan) memungkinkan terjadinya technological revolution. Terjadinya industrial revolution merupakan
jawaban manusia untuk memenuhi kebutuhan akan hasil industri setelah kebutuhan
pangan tercapai. Dengan berkembangnya
jumlah penduduk, soal pangan kembali menjadi masalah serius. Bioteknologi dikembangkan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan elektronika saat ini juga maju pesat.
3.2.
Pembagian Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan menjadi signifikan bila
disusun secara sistimatis, pada saat ini
manusia telah mengklasifikasikan pengetahuan ke dalam sejumlah kategori
tertentu atas bidang-bidang ajaran dan disebut Ilmu Pengetahuan. Susunan yang sistimatis selain mudah untuk
dipelajari, juga memberikan kepada Ilmu Pengetahuan sifat untuk meramalkan yang
berguna dalam penelitian.
Ilmu pengetahuan dalam arti luas dibedakan
atas
:
1.
Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Science) atau IPS .
IP yang membahas hubungan antar manusia
sebagai mahluk sosial, yang selanjutnya dibagi atas :
a. Psikologi :
IP., yang mempelajari proses mental dan tingkah laku.
b. Pendidikan,
: suatu perlakuan / proses
latihan yg terarah dan sistematis menuju
ke suatu tujuan
c. Antropologi
: IP yg mempelajari asal usul
& perkembangan jasmani, sosbu serta tingkah laku manusia
d. Etnologi :
suatu studi Antropologi dari aspek sistem sosio-ekonomi dan pewarisan
kebudayaan terutama keaslian kebudayaan dan faktor pertumbuhan perkembangan kebudayaan, serta perubahannya
dalam masyarakat primitif
e. Sejarah :
suatu pencatatan peristiwa-peristiwa yg telah terjadi pada suatu
bangsa/negara/indvidu
f. Ekonomi :
IP yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang produksi,
pengelolaan dalam ruang lingkup rumah tangga, perusahaan atau negara.
g. Sosiologi : suatu studi tentang tingkah laku
sosial, terutama tentang asal-usul organisasi, institusi, dan perkembangan
masyarakat manusia.
h. dan lain-lain.
2.
Ilmu Pengetahuan Alam atau Ilmu Alamiah (Natural Science)
· Ilmu yang membahas tentang alam semesta
dengan isinya dan terbagi atas :
a.
Fisika [Physics] :
suatu IP yang mempelajari benda tak hidup
atau mati dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan yang bersifat
sementara. Fisika secara klasik dibagi
dalam mekanika, panas [Thermodinamika], bunyi, optik atau cahaya, listrik,
magnit, dan Fisika terapan : teknik
mekanik, teknik sipil, dan teknik listrik.
b.
Kimia [Chemistry] :
suatu IP yang mempelajari komposisi dan
struktur suatu materi benda hidup dan tidak hidup serta perubahan-perubahan
yang bersifat tetap. Cabang dari ilmu
kimia antara lain : kimia organik,
anorganik, analitik kuantitatif dan kualitatif, kimia fisik, Biokimia dan
lain-lain. Kimia terapan menghasilkan
produk seperti karet sintetis, pupuk anorganik, plastik, bahan peledak, dll.
3.
Biologi [Biological Science]
· Ilmu pengetahuan yang mempelajari mahluk
hidup dan gejala-gejalanya. Biologi
dibagi atas cabang-cabang, yang antara lain :
a. Anatomi
: mempelajari bagian-bagian tubuh atau struktur
mahluk hidup.
b. Bakteriologi :
mempelajari tentang bakteri
c. Botani : mempelajari tentang seluk beluk dunia
tumbuh-tumbuhan [Flora]
d. Citologi :
mempelajari tentang Sel [struktur dan fungsi]
e. Ekologi : memp.hubungan interaksi antara mahluk hidup
dan lingkungannya
f. Embriologi :
mempelajari perkembangan janin dalam kandungan
g. Entomologi :
mempelajari tentang serangga
h. Fisiologi : memp.tentang fungsi atau faal bagian tubuh /
organ mahluk hidup
i. Genetika : mempelajari penurunan sifat-sifat induk pada
turunannya.
j. Histologi : mempelajari tentang jaringan tubuh mahluk
hidup
k. Klimatologi :
mempelajari tentang iklim
l. Mikologi : mempelajari tentang jamur
m.
Morfologi : mempelajari bentuk luar dari mahluk hidup.
n. Palaentologi :
mempelajari tentang mahluk hidup masa lampau [fosil]
o. Patologi : mempelajari penyakit dan pengaruhnya thd
kehidupan organisma
p. Virologi : mempelajari tentang virus
q. Zoologi : mempelajari tentang dunia hewan [Fauna]
3.
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa [IPBA atau Earth Science and Space]
· IP., yang membahas tentang Bumi sebagai
salah satu anggota Tata Surya [Solar System], dan ruang angkasa dengan
benda-benda angkasa lainnya.
· IPBA antara lain meliputi :
a. Geologi : suatu cabang IPBA yang membahas struktur
Bumi, baik yang
terdapat
dipermukaan tanah, maupun yang terdapat di dalam perut Bumi.
b. Petrologi :
bagian Geologi yang membahas tentang batu-batuan.
c. Vulkanologi :
bagian Geologi yang membahas tentang gempa bumi.
d. Mineralogi :
bagian Geologi yang membahas tentang bahan mineral atau bahan galian
e. Kristalogi :
bag.Geologi yg membahas tentang bentuk-bentuk kristal dari mineral.
f. Astronomi :
Ilmu pengetahuan yang membahas tentang benda-benda ruang angkasa
dalam alam
semesta ini, yang meliputi : Bintang,
Matahari, Planet,
Satelit, dan
lain-lain. Penerapan yang praktis
astronomi adalah dalam
navigasi ; perhitungan waktu dan kalender.
g. Geografi :
Ilmu pengetahuan tentang muka Bumi dan produk ekonomi sehubungan
dengan
mahluk hidup terutama manusia.
3.3.
IPA Klasik dan IPA Modern
Banyak
pendapat tentang pengertian IPA klasik dan IPA modern yang dicetuskan oleh para
pakar. Pendapat-pendapat tersebut masing-masing berbeda, pada umumnya
berlandaskan atas disiplin ilmu yang mereka tekuni. Pakar fisika misalnya, mereka mendefinisikan
bahwa yang dimaksud dengan IPA klasik adalah perkembangan ilmu fisika sebelum
abad XX, sedangkan IPA modern ialah perkembangan fisika setelah abad XX. Pakar ilmu pengetahuan dari disiplin ilmu
lain tentu akan berpendapat lain pula.
Konsep ilmu pengetahuan alam klasik diturunkan
dari sistem makroskopis, yaitu sistem yang mempelajari dalam skala besar,
seperti konsep mekanika, termodinamika listrik, magnet, mekanika listrik atau
mekanika Newton dan lainnya. Sedangkan
konsep ilmu pengetahuan alam modern diturunkan dari sistem mikroskopis, yaitu
sistem yang mempelajari dalam skala kecil, seperti :
elektron, atom, molekul dan sebagainya.
Adapun perbedaan antara konsep IPA klasik dan modern berdasar pada
mekanikanya , yaitu :
Mekanika
Klasik :
semua variabel dinamis (sistem yang ditinjau seperti posisi, energi)
adalah observasi. Observable adalah
variabel dinamis yang dapat diukur, kontinu (mempunyai sembarang harga),
sedangkan Mekanika modern : tidak semua variabel dinamis adalah
observable, diskontinu (memiliki harga-harga tertentu).
Ilmu Pengetahuan Alam Klasik
Bila
ditinjau dari pengertian klasik sendiri, maka dapat diartikan bahwa yang klasik
umumnya bersifat tradisional, berdasarkan pengalaman, kebiasaan atau naluri
semata, meskipun ada kreasi namun merupakan tiruan dari keadaan alam sekitar.
Fisika klasik dimulai sejak
awal ilmu pengetahuan sampai batas munculnya teori relativitas, sedangkan
fisika modern dimulai saat munculnya teori relativitas dari Einstein (1905)
diikuti teori radiasi oleh Max Planck (1910), sinar X oleh Rontgen (1923). Fisika klasik atau fisika terbatas
mempelajari komponen materi dan interaksi antar komponen dengan perkembangan
pengamatan, yaitu :
Dinikmati
langsung gerakan benda dalam mekanika
penglihatan
dengan teori cahaya
pendengaran
dengan suara,
indera rasa
termodinamika, dan
listrik
magnet.
Dari sini berkembang
pengetahuan tentang penjumlahan vektor yang dipakai dalam computed topografi
(TC) atau penampang lintang tubuh dengan sinar X, magnetic resonance imaging
(MRI) untuk mendeteksi tumor. Di samping
itu juga teori momentum linier ( p = mv) yang selanjutnya dikembangkan dalam
sistem terisolasi, muncul hukum kekekalan momentum maupun kekekalan
energi. Listrik maupun magnet
diketemukan dan berkembang dengan adanya medan, potensial dan energi potensial,
serta gaya gerak listrik induksi.
IPA klasik,
secara umum contohnya digambarkan dalam pembuatan ragi tape, meskipun hanya
berdasarkan pengalaman petani, namun tanpa disadari petani tersebut telah
berkecimpung dalam bidang mikrobiologi, mikologi dan tentu saja tidak lepas
dari ilmu fisika yang mendasarinya.
Contoh lain, pembuatan gula kelapa yang merupakan proses fisika
bersama-sama kimia yang telah tinggi tingkatannya, juga pembuatan terasi, ikan
asin, rendang, dan telor asin, merupakan hasil karya IPA klasik. Petani, pembuat, dan pengrajin, sama sekali
tidak mengetahui proses yang terjadi dalam mewujudkan hasil karyanya. Mereka tidak melakukan penelitian dan
pengujian, namun hanya berdasarkan pengalaman dari nenek moyangnya.
Ilmu Pengetahuan Alam Modern
IPA modern
muncul berdasarkan penelitian maupun pengujian dan telah mengalami pembaruan
yang dikaitkan dengan berbagai disiplin ilmu yang ada. Proses canning, pengalengan ikan,
buah-buahan, dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fisika, kimia,
biologi, biokimia, dsb, merupakan hasil perkembangan IPA modern yang telah
dinikmati oleh manusia kini.
IPA modern diperoleh atas dasar
penelitian dengan menggunakan metode ilmiah disertai pengujian berulang kali
sehingga diperoleh ilmu yang mantap, baik untuk terapan mapun ilmu murni.
Contoh kegiatan IPA modern, seperti pemanfaatan energi matahari untuk kegiatan
yang berkaitan dengan listrik untuk transportasi, industri, rumah tangga,
merupakan pemanfaatan foton untuk menimbulkan aliran muatan listrik (elektron), karena perbedaan
panas sehingga terbentuklah sel pembangkit listrik. Tungku sinar matahari juga telah banyak
digunakan yang hanya berprinsip pada titik fokus lensa cekung. Dengan energi panas bumi, dapat diperoleh
tenaga listrik. Dalam kaitannya dengan
alam lingkungan, untuk menciptakan suasana bersih timbul pemikiran pemanfaatan
sampah sisa organisme, seperti jerami, sisa tanaman-tanaman lain dan kotoran
hewan, yang diproses dengan bantuan bakteri dalam kondisi tertentu menghasilkan
gas CH4, CO2, CO dan H2S yang ternyata dapat dimanfaatkan sebagai pengganti
bahan bakar. Proses di atas sering
disebut sebagai energi biogas.
3.4.
Sikap Ilmiah
Salah satu
aspek tujuan dalam mempelajari Ilmu Alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah,
yang antara lain
1. Jujur.
Melaporkan hasil pengamatan secara
objektif. Dalam penelitian ilmiah ada
hal-hal yang memaksa pada ilmuwan untuk jujur, kita sebut faktor kontrol. Faktor kotrol dibedakan menjadi dua yaitu internal
dan eksternal. Seorang ilmuwan telah
dilatih untuk memperhatikan kontrol internal dalam setiap penelitiannya, dengan
ini faktor kebetulan disingkirkan.
Kontrol eksternal ialah dalam hal ini ilmuwan lain akan mengulangi
penelitian ilmuwan pertama dengan kondisi yang dibuat serupa dst. Karena itu laporan ilmuwan haruslah dibuat
sejujur-jujurnya dan penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan.
2. Terbuka,
seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas dari
praduga, tidak meremehkan gagasan baru dan mengujinya sebelum menerima atau
menolaknya.
3. Toleran : tidak merasa dirinya paling hebat dan tidak
memaksakan suatu pendapat kepada orang lain.
4. Skeptis
: ilmuwan pencari kebenaran akan
bersikap hati-hati, meragui dan skeptis.
Sikap skeptis perlu dikembangkan untuk menghindarkan menerima kesimpulan
yang salah oleh karena itu setiap informasi perlu diuji, kebenarannya perlu
dicek, informasi memerlukan
verifikasi. Setelah bukti-bukti cukup
baru boleh mengambil kesimpulan dan akhirnya memberikan keputusan.
5. Optimis
: ilmuwan harus berpengharapan
baik dan tidak berpikiran bahwa sesuatu tidak dapat dikerjakan.
6. Pemberani :
berani melawan ketidakbenaran, penipuan, manipulasi data yang menghambat
kemajuan.
7. Kreatif
: Kreativitas adalah proses
pertumbuhan hingga peka akan masalah, kekurangsempurnaan, kekurangtahuan,
ketidaklengkapan, ketidakharmonisan, dst, mengenal kesulitan; mencari
pemecahan; membuat dugaan; merumuskan; menguji dan mengubah hipotesis serta
melaporkan hasil penelitiannya.
3.5.
Metode Ilmiah
Metode
ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan melalui metoda ilmiah.
Menurut Senn, metode adalah suatu prosedur / cara mengetahui sesuatu
yang mempunyai langkah-langkah sistematis.
Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan
dalam metode. Jadi metodologi ilmiah
adalah pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.
Tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu
pengetahuan dapat disebut ilmu / dapat dikatakan ilmiah adalah sebagai berikut
:
a. Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai
dengan objeknya atau didukung metodik fakta empiris
b. Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh
dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol,
c. Sistematik, artinya pengetahuan itu tidak
hanya berdiri sendiri, akan tetapi satu sama lain saling berkaitan dan saling
menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
d. Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak
hanya berlaku atau digunakan oleh seseorang atau beberapa orang saja tetapi
semua orang dapat dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil
yang sama atau konsisten.
Pengetahuan
yang didapat melalui metoda ilmiah mempunyai ciri-ciri tertentu yakni sifat
rasional dan teruji sehingga memungkinkan tumbuh pengetahuan yang disusun
sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan.
Dalam hal ini metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dengan
cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Cara
berpikir deduktif adalah cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang
bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir, yang dinamakan silogismus, yang disusun dari dua
buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini
disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis
minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari deduktif berdasarkan
kedua premis tersebut.
Silogisme
adalah pengambilan suatu kebenaran yang disimpulkan dari dua buah premis, yaitu
:
1.
Premis mayor : Kebenaran
atau sesuatu yang sifatnya umum
2.
Premis minor : Kebenaran atau sesuatu yang sifatnya khusus
3.
Kesimpulan : Pengetahuan yang diperoleh
Contoh
: Premis mayor :
Tanaman bila diberi pupuk dan dipelihara akan memberi hasil baik
Premis
minor : Padi adalah Tanaman
Kesimpulan :
Bila padi diberi pupuk & dipelihara akan memberikan hasil baik.
Cara
berpikir deduktif terkait dengan rasionalisme yang memberikan sifat rasional
kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah
dikumpulkan sebelumnya. Oleh karena itu, cara berpikir deduktif berdasarkan
pada kriteria kebenaran koherensi atau teori koherensi. Rasionalisme merupakan
paham yang berpendapat bahwa rasio itu sumber kebenaran.
Rasional
artinya menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Dengan
berpikir rasional, manusia dapat meletakkan hubungan dari apa yang telah
diketahui dan yang sedang dihadapi.
Kemampuan manusia mempergunakan daya akalnya disebut “inteligensi”, sehingga
disebutkan adanya manusia yang inteligensinya rendah, normal dan tinggi. Dalam perjalanan sejarah manusia, terdapat
kesan bahwa pada mulanya perasaan manusialah yang lebih berperan dalam
kehidupannya, sehingga timbul kepercayaan atau agama dan rasa sosial. Dengan makin banyaknya persoalan yang harus
dihadapi, manusia makin banyak mempergunakan akalnya dan kurang mementingkan
perasaan. Contoh, pada zaman kuno orang
banyak mengadakan upacara dalam upaya memperoleh keselamatan yang memakan biaya
besar, tetapi zaman sekarang orang kurang percaya akan cara-cara tersebut
sehingga cenderung mempergunakan cara-cara rasional yang secara akal ataupun
ilmiah dapat lebih mudah diterima.
Teori Koherensi adalah suatu
pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten
dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Namun demikian penjelasan rasional dengan
kriteria kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan final, sebab meskipun
pejelasan secara rasional didasarkan kepada premis-premis ilmiah yang telah
teruji kebenarannya, namun masih dimungkinkan pilihan berbeda dari sejumlah
premis ilmiah yang tersedia. Oleh karena
itu dalam metode ilmiah selain digunakan cara berpikir deduktif digunakan pula
cara berpikir induktif.
Cara berpikir induktif adalah cara berpikir
yang menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari pernyataan yang bersifat
khusus atau individual. Penalaran secara
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhir dengan
pernyataan yang bersifat umum. Cara
berpikit induktif terkait dengan empirisme, dimana dibutuhkan fakta-fakta yang
mendukung. Oleh karena itu, cara
berpikir induktif berdasarkan pada kriteria kebenaran korespodensi atau teori
korespodensi.
Teori
korespodensi berpendapat bahwa suatu pernyataan dianggap benar jika materi
pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan itu berkorespodensi (berhubungan)
dengan objek yang dituju oleh pernyataan tsb.
Dalam metode ilmiah, pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan
empiris. Paham empirisme adalah paham
yang berpendapat bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan
sumber kebenaran. Secara rasional, ilmu
menyusun pengetahuannya secara konsisten dan komulatif, sedangkan secara
empiris, ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.
Secara
sederhana, hal ini berarti bahwa semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat
utama, yaitu sebagai berikut.
a. harus konsisten dengan teori-teori
sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan
secara keseluruhan.
b. harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab
teori yang bagaimanapun konsistennya, kalau tidak didukung oleh pengujian
empiris, tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Kedua teori
kebenaran yaitu teori koherensi dan teori korespodensi digunakan dalam metode
ilmiah. Penalaran teoritis yang
berdasarkan cara berpikir deduktif jelas menggunakan teori koherensi ini. Sedangkan, proses pembuktian secara empiris
dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta pendukung suatu pernyataan tertentu
digunakan teori korespodensi.
Disamping teori kebenaran tersebut
diatas, pemikiran ilmiah juga menggunakan teori kebenaran yang lain yang
disebut teori kebenaran pragmatis, Teori
kebenaran pragmatis dicetuskan oleh Charles S, Pierce (1839-1914) dalam sebuah
makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to make Our Ideas
Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan
oleh beberapa ahli yang kebanyakan berkebangsaan Amerika sehingga ini sering
dikaitkan dengan falsafah Amerika. Di
antaranya adalah William James (1842-1910). John Dewey (1859-1952), George
Herbel Mead (1863-1931), dan C.I.Lewis.
menurut teori pragmatis suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan
itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia. Kaum pragmatis
berpaling kepada metode ilmiah sebagai suatu metode untuk mencari pengetahuan
tentang alam ini sebab metode ini dianggap funsional dan berguna dalam
menafsirkan gejala-gejala alamiah. Jadi,
metode ilmiah merupakan gabungan antara cara berpikir deduktif dan cara
berpikir induktif dimana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan dalam
sebuah sistem dengan mekanisme korektif.
3.5.1
Kriteria Ilmiah.
Supaya suatu
metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, metode tersebut
harus mempunyai kriteria ilmiah sebagai berikut : berdasarkan fakta, bebas dari prasangka
(bias), menggunakan prinsip-prinsip analisis, menggunakan hipotesis,
menggunakan ukuran objektif, dan menggunakan teknik kuantitatif.
a. Berdasarkan Fakta.
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh
dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisis haruslah
berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah
suatu penemuan atau pembuktian didasarkan kepada daya khayal, kira-kira,
legenda-legenda, dll.
b.
Bebas dari prasangka
Metoda ilmiah harus mempunyai sifat bebas
dari prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan
alasan dan bukti yang lengkap serta dengan pembuktian yang objektif.
c.
Menggunakan Prinsip-prinsip Analisis.
Dalam pemahaman serta memberi arti
terhadap fenomena yang kompleks harus digunakan prinsip analisis. Semua masalah harus dicari sebab-musabab
serta pemecahannya dengan menggunakan analisis yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan
sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi, semua kejadian harus dicari
sebab-akibatnya dengan menggunakan analisis yang tajam.
d.
Menggunakan Hipotesis
Dalam metode ilmiah, penelitian harus
dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisis. Hipotesis harus ada untuk mencocokan
persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai,
sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam
menuntun jalan pikiran penelitian.
e.
Menggunakan Ukuran Objektif
Kerja
penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan meraba-raba atau
menurut hati nurani.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan
menggunakan pikiran yang waras.
f. Menggunakan Teknik Kuantitatif
Teknik
kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang
tidak dapat dikuantitatifkan. Ukuran,
seperti ton, mm per detik, ohm, kilogram, dsb harus selalu digunakan. Jauhi ukuran-ukuran seprti : sejauh mata memandang, sehitam aspal, selama
menghisap sebatang rokok, dsb, sebagai ukuran kualitatif. Kuantitatif yang termudah ialah dengan
menggunakan ukuran normal, rangking, dan rating.
3.5.2.
Hipotesis
Hipotesis
adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang kita
hadapi, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis pada dasarnya disusun secara
deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah
diketahui sebelumnya. Penyusunan seperti
ini memungkinkan terjadinya konsistensi dalam mengembangkan ilmu secara
keseluruhan dan menimbulkan pula efek komulatif dalam kemajuan ilmu.
Secara
teoritis sebenarnya kita dapat mengajukan hipotesis sebanyak mungkin sesuai
dengan hakikat rasional yang bersifat pluralistik. Dari sekian hipotesis yang diajukan, hanya
satu yang diterima berdasarkan kriteria kebenaran korespodensi yaitu hipotesis
yang didukung oleh fakta-fakta empiris.
Dalam
rangkaian langkah penelitian, hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan
teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi
tingkat kebenarannya.
Cara
merumuskan hipotesis tidak ada aturan umum.
Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut : hipotesis hendaklah menyatakan pertautan
(hubungan) atau perbedaan antara dua variabel atau lebih; dinyatakan dalam
kalimat deklaratif atau pernyataan; dirumuskan secara jelas dan padat; dapat
diuji, artinya hendaklah orang mengumpulkan data guna menguji kebenaran
hipotesis tsb.
Secara garis besar Hipotesis-hipotesis yang
isi dan rumusnya bermacam-macam itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Hipotesis tentang hubungan dan Hipotesis tentang perbedaan.
a. Hipotesis tentang hubungan adalah hipotesis
yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis tentang hubungan itu mendasari berbagai penelitian korelasional.
Misal :
i. Adakah hubungan antara tingkat
kemiskinan dengan tingkat kejahatan di kota X
ii. Adakah hubungan antara
pengawasan melekat dgn produktivitas pegawai di PT.A
iii. Adakah hubungan tingkat
pendidikan dengan tingkat kesadaran hukum di Desa
b.
Hipotesis tentang perbedaan adalah hipotesis yang menyatakan perbedaan
dalam variabel tertentu pada kelompok berbeda-beda. Perbedaan itu seringkali karena pengaruh
perbedaan yang terdapat pada satu atau lebih variabel yang lain. Hipotesis tentang perbedaan itu mendasari
berbagai penelitian komparatif
Misal :
i. Adakah perbedaan disiplin
kerja antara pegawai swasta dengan pegawai BUMN.
Rumusan hipotesis dalam suatu
penelitian terdiri atas hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol
yang sering dilambangkan dengan H0, adalah hipotesis yang menyatakan
tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau tidak adanya
perbedaan antara kelompok yang satu dan kelompok lainnya. Di dalam analisis statistik, uji statistik
biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol itu. Hipotesis alternatif yang biasa
dilambangkan dengan HA, menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau
lebih, atau adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok. Pada umumnya kesimpulan uji statistik berupa
penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.
Contoh :
Identifikasi
Masalah : Adakah hubungan tingkat
pendidikan dg tingkat kesadaran hukum di Desa.
Ho :
Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesadaran
hukum
HA :
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesadaran
hukum
Antara H0
dan HA yang manakah yang harus dirumuskan sebagai hipotesis penelitian?
Hal ini tergantung pada landasan
teoritis yang digunakan. Jika landasan
teoritis itu mengarahkan penyimpulannya ke “tidak ada hubungan” atau ke “tidak
ada perbedaan, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan akan merupakan
hipotesis nol. Sebaliknya, jika tinjauan
teoritis mengarahkan penyimpulan ke “ada hubungan” atau ke “ada perbedaan”,
maka hipotesis penelitian yang dirumuskan akan merupakan hipotesis alternatif.
Pada dasarnya, kedua jenis perumusan
itu dapat dilakukan. Namun dalam
kenyataannya kebanyakan penelitian ilmiah merumuskan hipotesis penelitiannya
dalam bentuk hipotesis alternatif. Hal
itu terjadi terutama dalam penelitian eksperimental; dengan maksud mengetahui
perbedaan gejala pada kelompok yang satu dan kelompok yang lain, sebagai akibat
adanya perbedaan perlakuan. Dalam
penelitian non eksperimental pun lebih banyak diketemukan hipotesis alternatif
daripada hipotesis nol yang dirumuskan sebagai hipotesis penelitian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya
penelitian bertujuan untuk mengetahui atau mengungkapkan adanya saling hubungan
atau adanya perbedaan, dan bukan sebaliknya.
3.5.3.
Operasionalisasi Metode Ilmiah
Alur
berpikir yang mencakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam
langkah-langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir Ilmiah pada dasarnya
terdiri atas langkah-langkah yang disebut langkah-langkah operasional metode
ilmiah, yaitu sbb :
a.
Merumuskan masalah, yang dimaksud dengan merumuskan masalah disini
merupakan pertanyaan apa, mengapa, atau bagaimana tentang objek yang diteliti
yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait
di dalamnya. Identifikasi masalah dapat
diperoleh jika kita telah melakukan pengamatan atau studi pustaka atau diskusi
informal.
b. Penyusunan kerangka berpikir dalam
pengajuan hipotesis, merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang
mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling berkait dan membentuk
konstelasi permasalahan. Kerangka
berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang
telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang
relevan dengan permasalahan.
Pada
penelitian deduktif (deductive/operational research) kerangka pemikiran
diturunkan dari (beberapa) dalil, hukum [ pernyataan umum yang disimpulkan dari
fakta percobaab], teori [ kesimpulan umum yang ditarik berdasarkan hipotesis
yang telah teruji kebenarannya melalui percobaan] yang relevan dengan masalah
yang diteliti, sehingga memunculkan asumsi-asumsi yang kemudian kalau mungkin
dapat dirumuskan ke dalam hipotesis operasional atau hipotesis yang dapat diuji
.
Pada penelitian induktif (inductive
research), kerangka pemikiran diuraikan berdasarkan dugaan yang samar-samar,
bahwa kaitan-kaitan tertentu dalam variabel masalah, tetapi hal itu tidak dapat
dideduksi dari teori yang baku. Jadi,
hipotesis tidak diturunkan terlebih dahulu, melainkan hipotesis dihasilkan dari
data yang diobesrvasi di lapangan. Hal
ini lazim disebut sebagai generalisasi.
c. Perumusan
Hipotesis, merupakan jawaban sementara
atau dugaan jawaban pertanyaan yang diajukan, materinya merupakan kesimpulan
dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
Merumuskan hipotesis adalah pekerjaan yang cukup sulit dalam metode
ilmiah, karena hipotesis yang dibuat akan menentukan bentuk percobaan yang akan
dilakukan dan mempengaruhi keberhasilan menemukan teori yang dapat diandalkan. Merumuskan hipotesis memerlukan pengetahuan
dan penalaran, karena harus didasarkan pada teori yang telah mapan.
d. Pengujian
Hipotesis, merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang
diajukan untuk memperhatikan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipotesis tersebut atau tidak. Dengan
perkataan lain kebenaran hipotesis dapat diketahui setelah diuji dengan
percobaan. Data yang diperoleh mungkin sesuai
dengan hipotesis mungkin juga tidak.
Jika tidak mungkin terjadi kesalahan dalam percobaan atau hipotesis yang
keliru.
e. Penarikan kesimpulan.
Merupakan penilaian apakah sebuah
hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Bila dalam proses pengujian terdapat fakta
yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesisnya diterima, dan
sebaliknya. Hipotesis yang diterima
kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah, sebab telah memenuhi
persyaratan keilmuan, yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan
pengetahuan ilmiah sebelum dan setelah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran disini harus ditafsirkan
secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang
menyatakan sebaliknya.
Keseluruhan
langkah ini harus ditempuh agar penelaahan dapat disebut ilmiah. Meskipun langkah-langkah ini secara
konseptual tersusun dalam urutan yang teratur, dimana langkah yang kesatu
merupakan landasan bagi langkah berikutnya, namun dalam praktek sering terjadi
lompatan-lompatan. Hubungan antara
langkah yang kesatu dan langkah yang lainnya tidak terikat secara statis,
melainkan bersifat dinamis dengan proses pengkajian ilmiah yang tidak semata
mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas. Sering terjadi bahwa langkah yang satu bukan
saja merupakan landasan bagi langkah yang berikutnya, namun sekaligus juga
merupakan landasan koreksi bagi langkah yang lain. Langkah-langkah yang telah disebutkan di atas
harus dianggap sebagai patokan utama di dalam penelitian yang sesungguhnya
mungkin saja berkembang berbagai variasi sesuai dengan bidang dan permasalahan
yang diteliti.
Metode ilmiah adalah penting bukan saja dalam
proses penemuan pengetahuan, namun lebih-lebih dalam mengkomunikasikan penemuan
ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuwan [ pembuatan laporan ]. Laporan berguna untuk mendapatkan saran dan
koreksi jika dipelukan serta untuk mencegah agar ahli lain tidak melakukan hal
yang persis sama. Metode ilmiah, pada
dasarnya sama bagi semua disiplin keilmuan baik yang termasuk dalam ilmu-ilmu
alam maupun ilmu-ilmu sosial. Kalaupun
terdapat perbedaan dalam kedua kelompok keilmuan ini, maka perbedaan tersebut
sekedar terletak pada aspek-aspek tekniknya dan bukan pada struktur berpikir
atau aspek metodologinya. Metode ilmiah
tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak termasuk di dalam kelompok
ilmu. Matematika dan bahasa tidak
mempergunakan metode ilmiah dalam menyusun pengetahuannya, sebab matematika
bukanlah ilmu melainkan pengetahuan yang merupakan sarana berpikir ilmiah. Demikian juga halnya dengan bidang sastra.
3.5.4.
Keterbatasan dan Keunggulan Metode Ilmiah
Metode
ilmiah dapat menghasilkan pengetahuan ilmiah.
Data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari
pengamatan. Kita melakukan pengamatan
dengan panca indera yang juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap
suatu fakta. Jadi, kemungkinan keliru
dari penangkapan panca indera tetap ada sehingga dengan demikian kemungkinan
keliru dari kesimpulan ilmiah juga tetap ada.
Oleh karena itu, semua kesimpulan ilmiah atau kebenaran ilmu pengetahuan
termasuk IPA bersifat tentatif. Artinya,
sebelumnya ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu maka kesimpulan
itu dianggap benar. Sebaliknya, kesimpulan
ilmiah yang dapat menolak kesimpulan ilmiah terdahulu menjadi kebenaran yang
baru, sehingga tidak mustahil suatu kesimpulan ilmiah bisa saja berubah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Bedanya Metode ilmiah dengan Wahyu
Illahi? Kebenaran dari Wahyu Ilahi bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah
sepanjang masa. Metode ilmiah tidak
sanggup menjangkau untuk menguji adanya Tuhan; metode ilmiah juga tidak dapat
menjangkau pembuatan kesimpulan yang berkenaan baik dan buruk atau sistem
nilai, juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
Keunggulan metode ilmiah terkandung dalam
sifat objektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum, yang merupakan ciri khas
pengetahuan ilmiah, yang akan membimbing kita kepada sikap ilmiah yang terpuji
sebagai beikut :
a. mencintai kebenaran yang objektif, bersifat
adil, dan itu semua akan menjurus ke arah hidup yang bahagia.
b. menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak
absolut, hal ini dapat menjurus ke arah mencari kebenaran itu terus menerus;
c. dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak
percaya kepada takhayul, astrologi, maupun untung-untungan karena segala
sesuatu di alam semesta ini terjadi melalui suatu proses yang teratur;
d. ilmu pengetahuan membimbing kita untuk ingin
tahu lebih banyak, ilmu pengetahuan yang kita peroleh tentunya akan sangat membantu
pola kehidupan kita;
e. ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak
berpikir secara prasangka, tetapi berpikir secara terbuka atau objektif, suka
menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran;
f. metode ilmiah membimbing kita untuk tidak
percaya begitu saja kepada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang
nyata;
g. metode ilmiah juga membimbing kita untuk
selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat suatu pernyataan yang
menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar.
3.6.
Matematika Dan Kehidupan Manusia.
Matematika
lahir bersamaan dengan timbulnya peradaban manusia, terutama disebabkan karena
kebutuhan manusia untuk mengetahui dan mendalami konsepsi tentang alam, untuk
mengetahui hakikat kehidupan ini dan tujuan untuk hidup di alam ini. Perkembangan matematika dapat ditinjau dari
dua segi, yaitu pertama, dari segi pengembangan matematika dalam kelompok ilmu
matematika, kedua, peranannya dalam ilmu pengetahuan baik eksakta maupun
sosial.
3.6.1. Perkembangan Matematika dalam Kehidupan
Sosial
Bila dilihat
secara ringkas, perkembangan matematika dalam kehidupan sosial sejak dikenalnya
sejarah kehidupan peradaban manusia menurut Briffits dan Howson (1974) dibagi
dalam 4 (empat) tahap.
1. Mesir kuno (Babylonia dan Mesopotamia);
matematika telah dipergunakan dalam perdagangan, peramalan musim dalam
pertanian, dan teknik pembuatan bangunan air.
Dalam praktik sehari-hari, pada saat itu dilaksanakan penggabungan
antara aspek keindahan atau estetika dengan aspek mistis.
2. Peradaban
Yunani Kuno; Matematika dipergunakan sebagai cara berpikir rasional dengan
menerapkan langkah-langkah dan definisi tertentu tentang hal-hal yang
berhubungan dengan matematika. Pada masa
itu, kira-kira 300 SM, Euclid dalam bukunya menyajikan secara sistematis
berbagai postulat, definisi dan teorema.
3. Arab, Cina, dan India pada tahun 1.000 telah
mengembangkan ilmu hitung dan aljabar bahkan kata aljabar berasal dari bahasa
Arab “algebra”. Pada masa itu, telah
didapatkan perhitungan dengan angka 0 dan cara menggunakan desimal serta
kepraktisan cara aljabar.
4. Zaman Renaissance; ilmu matematika modern
telah diterapkan antara lain kalkulus dan deferensial. Pada abad ke-18 terjadi revolusi industri,
dikembangkanlah ilmu ukur non euclid oleh Gauss (1777-1855) dan oleh Einsten
dikembangkan lebih lanjut dalam teori relativitas.
3.6.2. Perkembangan Matematika dari Segi Ilmu
Matematika
Dari segi
ilmu itu sendiri, matematika dapat dipelajari dari beberapa tahap yaitu sbb :
1. Di Yunani, 300 SM telah ditetapkan bahwa
fakta-fakta matematika harus dibangun tidak dengan langkah-langkah empiris
tetapi dengan penalaran deduktif. Hal
tersebut terpengaruh oleh kebesaran elemen euclid yang ditulis saat itu. Kesimpulan-kesimpulan matematik harus dicapai
dengan demonstrasi yang logis. Beberapa
ahli matematika yang merupakan pelopor pada masa itu antara lain :
a. Pythagoras lahir 572 SM menyempurnakan
geometri
b. Plato pengikut aliran Pythagoras berpendapat
bahwa dengan dilandasi oleh kenyakinan bahwa matematika merupakan bidang
latihan yang paling baik untuk pikiran, untuk senam otak, dan
c. Archimedes (287-212 SM) menggunakan metode
matematika untuk penulisan tentang teori mekanika. Sehingga, beliau dijuluki ahli matematika sepanjang
masa.
2. Abad ke-15, permulaan zaman renaisans di
Eropa ditandai dengan berkembangnya ilmu hitung, aljabar, dan trigonometri yang
mewarnai perdagangan, pelayaran, astronomi, dan penelitian.
3. Abad ke-16, penemuan tentang penyelesaian
aljabar dengan persamaan kuadrat dan derajat tiga.
4. Abad ke-17, Napier memperkenalkan ciptaannya
yaitu logaritma, Harold dan Oughted mendukung notasi dan kodifikasi aljabar,
Galileo menemukan ilmu dinamika, Kepler menemukan hukum tentang gerakan planet,
Format dasar teori bilangan modern, dan Huygens memberikan kontribusi terhadap
teori probability. Pada abad tersebut,
Newton dan Leibniz memperkenalkan kalkulus dan banyak bidang baru yang luas
sebagai awal lahirnya Matematika modern.
5. Pada tahun 1830, George Peacock mempelajari
prinsip-prinsip aljabar secara serius hasil pengembangan dari dasar aljabar
yang dibuat oleh Augustus de Morgen.
Aljabar modern pertama kali diperkenalkan oleh Garret Birkhoff dan
Saunders Maclane dari Amerika, yang kaya dan penuh dengan sistem
matematika. Aljabar matrik digunakan
pertama kali oleh Arthur Cayley pada tahun 1857 di Inggris, dalam kaitannya
dengan transformasi linier.
6. Penerapan teori set atau himpunan yang
merupakan hubungan matematika dengan filosopi serta logika oleh George Cantor
(1845-1918) merupakan awal perkembangan pesat matematika modern.
3.6.3
Peran Matematika dalam Keilmuan
Dalam bidang
keilmuan, matematika merupakan simbol yang dipergunakan untuk ber-komunikasi
dengan cermat dan cepat. Dalam hal berkomunikasi
ilmiah, matematika dapat didambakan sebagai raja yang didambakan namun juga
sebagai pelayan berbagai pihak. Sebagai
raja, karena merupakan bentuk tertinggi dalam proses berpikir. Sedangkan sebagai pelayan, karena merupakan
sistem organisasi ilmu yang bersifat logika namun juga sebagai model.
Matematika juga sebagai dasar dari
segala perhitungan maupun statistik karena matematika akan mengarahkan apa yang
akan diobservasi, mengklasifikasikan, dan mengefektifkan perhitungan pendukung
fakta dan menentukan data apakah dapat diobservasi atau tidak.
Dalam bidang
keilmuan, matematika dikatakan sebagai tolok ukur kegemilangan
intelektual. Dalam kenyataannya dapat
dikatakan bahwa matematika mempunyai peranan besar, yaitu sebagai alat latihan
otak agar dapat berpikir logis, analitis dan sistematis, sehingga akan membawa
seseorang, masyarakat atau bangsa ke arah keberhasilan. Adapun alasannya antara lain :
1.
Matematika merupakan bahasa yang dapat melambangkan serangkaian makna atau
pernyataan dengan model sederhana, ekonomis dalam kata-kata jelas dan singkat.
2. Matematika sebagai suatu proses yang
berbentuk perhitungan-perhitungan dalam desain teknik.
3. Matematika sebagai ilmu karena berupa metode
matematis untuk inspirasi pemikiran baik sosial maupun ekonomi
4. Matematika sebagai teori akan memberi warna
terhadap kegiatan-kegiatan, baik teknik, seni, arsitek, maupun musik.
Ciri-ciri matematika antara
lain sebagai berikut :
1. Dalam penalaran (reasoning) dengan
matematika harus digunakan metode deduktif yang akan mampu menghasilkan
kesimpulan yang dapat dipercaya. Sebagai
contoh geometri, yaitu :
a. kedua ruas suatu persamaan bila ditambah
dengan bilangan yang sama maka hasilnya akan tetap. a. = b + c bila ditambahkan pada
masing-masing ruas menjadi a + x = b + c
+ x dan
b. dengan dua titik akan dapat dibentuk suatu
garis lurus.
2. Matematika merupakan bahasa yang sangat
simbolis, artinya :
a. simbol-simbol matematika singkat, persis
tidak berubah-ubah, dan mudah dimengerti.
b. lebih teliti namun banyak hal yang mempunyai
arti yang tersamar, dan
c. Matematika sebagai bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan-pernyataan yang akan disampaikan dan akan
menghilangkan sifat kufur majemuk dan emosional dari bahasa verbal,
kualitatif/perjanjian yang berlaku khusus.
Sebagai bahasa numerik memungkinkan pengukuran kuantitatif dengan
matematika untuk membandingkan sesuatu.
Pada abad XX Matematika merupakan alat praktis
dalam memecahkan segala persoalan. Dalam
keadaan perang, matematika juga mengambil peranan banyak. Perkembangan serta penemuan baru timbul pada
saat manusia dihadapkan kepada banyak masalah.
Setelah PD II, ternyata perkembangan matematika maju pesat di bidang
Operations Research, Statistika, dan matematika ekonomi.
Operations
Research pada awalnya dikembangkan oleh pimpinan militer inggris dalam PD II
sebagai strategi dan taktik yang berhubungan dengan pertahanan udara dan
darat. Operations Research ini
dipergunakan dalam usaha mengefisienkan pemakaian peralatan dan ketenagaan
dalam PD II tersebut. karena hasilnya
sangat mengagumkan, maka team Operations Research Amerika Serikat mengembangkan
lebih jauh dengan berbagai bidang antara lain penyelesaian masalah logistik,
penemuan jaringan penerbangan baru serta pertambangan. Akhirnya, memasuki abad
komputer ini penerapan matematika maju pesat baik dari segi keilmuan maupun
dari segi pemakaiannya di segala bidang.
3.6.4. Peran Matematika dalam
Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut
perkiraan, saat awal manusia menulis sama dengan saat awal dimulainya
berhitung, kira-kira 10.000 tahun SM.
Tulisan merupakan simbol, sedangkan berhitung pada awalnya merupakan
persatuan objek yang dihitung. Matematika
merupakan alat bantu untuk mengatasi sebagian permasalahan dalam permasalahan
hidup manusia. Tanpa matematika, IPA tak
akan berkembang karena IPA bergantung kepada metode induksi. Dengan induksi, tak mungkin manusia dapat
mengukur jarak antara bumi dan matahari bahkan mengetahui keliling bumi pada
zaman dulu itu pun tak mungkin.
Ternyata, dengan penggabungan metode induksi dengan deduksi,
Erasthotenes (240 SM) dapat menghitung keliling bumi.
contoh-contoh sumbangan matematika terhadap
IPA?
1. Hyparchus dapat mengukur jarak dari Bumi ke
Bulan yang diilhami oleh ajaran Aristoteles yg menyatakan bahwa Bumi, Bulan,
dan Matahari pada suatu saat berada dalam satu garis lurus.
2. Aristoteles meghitung jarak bumi ke
matahari, hanya karena kesalahan teknis, perkiraannya meleset. Saat itu jarak bumi ke matahari 20 x jarak
bumi ke bulan sedangkan sebenarnya 400x.
3. Pythagoras menghitung benda-benda dengan
sisi banyak
4. Apollomeus menghitung benda yang bergaris
lengkung,
5. Kepler (1609) menghitung jarak peredaran
yang berbentuk ellips dari planet-planet,
6. Gallileo (642) dapat menetapkan hukum
lintasan gerak peluru, gerak, dan percepatan,
7. Huygens (1695) dapat memecahkan teka-teki
adanya cincin saturnus, dan perhitungan kecepatan cahaya 600.000 x kecepatan
suara.
0 komentar:
Posting Komentar